LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 KELOMOK 3 - TITRASI DAN KESETIMBANGAN ASAM BASA : INDIKATOR DAN PENGUKURAN pH

 

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

TITRASI DAN KESETIMBANGAN ASAM BASA : INDIKATOR DAN PENGUKURAN pH


Tanggal Praktikum : 7 November 2022

Kelompok : 3 (Tiga)

Nama Anggota :

  Cantika Auliatunnisa (11220960000089)

  Siti Muflihatul Laili  (11220960000093)

  M. Ikhsan Nuril Hakim  (11220960000098) 

Dosen Pengampu : Ahmad Fathoni, M.Si

 

 

 

 

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun2022



BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.  Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan pada penentuan konsentrasi NaOH ialah dengan menstandarisasi NaOH dahulu, baru kemudian mereaksikan larutan baku sekunder NaOH (sebagai titrat) dengan larutan baku primer asam oksalat (sebagai titran) yang kemudian ditetesi indikator PP dan Metil merah. Sedangkan untuk penentuan konsentrasi HCl, mereaksikan larutan NaOH yang sudah distandarisasi (sebagai titran) dengan larutan HCl (sebagai titrat) kemudian ditetesi indikator PP


1.2. Tujuan Percobaan

    1. Untuk mengetahui konsentrasi suatu larutan asam berdasarkan metode titrasi asam basa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Analisis volumetrik (titrimetrik) secara umum merupakan cara cepat analisis kuantitatif yang mampu menghasilkan ketelitian dan ketepatan cukup tinggi. Pada pengerjaan ini perlu diperhatikan benar prosedur pembuatan larutan dan memakai selalu peralatan yang bebas dari lemak (Nurhasni, dkk., 2019:45).

Asam didefinisikan sebagai senyawa yang mengandung Hidrogen yang bereaksi dengan basa. Basa adalah senyawa yang mengandung ion OH– atau menghasilkan OH– ketika bereaksi dengan air. Basa bereaksi dengan asam untuk menghasilkan garam dan air. Teori Bronsted memperluas definisi asam dan basa dengan menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan kimia. Misalnya, teori Bronsted menjelaskan lebih banyak mengenai suatu larutan amonium klorida bersifat asam dan larutan natrium asetat bersifat basa. Dalam teori Bronsted, asam didefinisikan sebagai suatu zat yang dapat memberikan proton kepada zat yang lain . Dalam hal ini , proton adalah atom hidrogen yang kehilangan elektronnya. Basa adalah zat yang menerima proton dari zat lain. Reaksi asam dan basa menghasilkan menghasilkan asam dan basa yang lain (Goldberg, 2002).

Titrasi asam basa merupakan contoh analisis volumetri yaitu suatu cara atau metode, yang menggunakan larutan yang disebut titran dan dilepaskan dari perangkat gelas yang disebut buret. Proses titrasi asam-basa sering dipantau dengan penggambaran pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan gambar yang diperoleh tersebut disebut kurva ph atau kurva titrasi yang didalamnya berupa kurva ekivalen yaitu dimana titrasi dihentikan (Ika, 2009).

Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya (Padmaningrum, 2008).

Untuk mengetahui kapan penambahan larutan standar itu harus dihentikan, digunakan suatu zat yang biasanya berupa larutan yang disebut larutan indikator yang ditambahkan dalam larutan yang diuji sebelum penetasan larutan uji dilakukan. Larutan indikator ini menanggapi munculnya kelebihan larutan uji dengan perubahan warna. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat tepat pada titik kesetaraan titik titrasi asam basa pada indikator berubah warna disebut. Akhir titik tentu saja diinginkan agar. Akhir ini sedekat mungkin ke titik kesetaraan.

Dengan memilih indikator untuk menghimpitkan kedua titik itu (atau mengoreksi selisih diantara keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrasi asam basa. Umumnya larutan uji adalah larutan standar elektrolit kuat seperti natrium hidroksida dan asam klorida (Sujono, 2003).

Karakteristik titrasi asam-basa bergantung pada kekuatan asam dan basa yang terlibat. Indikator yang berbeda digunakan untuk menentukan titik akhir dari satu titrasi (Chang, 2005: 131).

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa atau sebaliknya. Titran ditambahkan titrat tetes demi tetes sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi) yang biasanya ditandai dengan berubahnya warna indikator. Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”, yaitu titik dimana konsentrasi asam sama dengan konsentrasi basa atau titik dimana jumlah basa yang ditambahkan sama dengan jumlah asam yang dinetralkan : [H+] = [OH-]. Sedangkan keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator disebut sebagai “titik akhir titrasi”. Titik akhir titrasi ini mendekati titik ekuivalen, tapi biasanya titik akhir titrasi melewati titik ekuivalen. Oleh karena itu, titik akhir titrasi sering disebut juga sebagai titik ekuivalen (Gunawan, Adi : 2004).

Titrasi asam basa sering dilakukan secara rutin untuk memantau keasaman dan kebasaan larutan terpakai dalam proses-proses industri. Indikator visual harus mengalami perubahan warna dalam interval pH yang meliputi titik ekivalen, pH pada titik ekivalen dapat ditentukan secara potensiometri dengan jalan mengukur pH memakai elektroda kaca sebagai fungsi volume titran yang ditambahkan dan mengalurkan pada kertas grafik. Titrasi potensiometri sangat diperlukan jika harus dititrasi sampel yang berwarna atau jika kondisi larutan adalah sedemikian rupa sehingga menghambat pemakaian indikator visual (Nurhasni, dkk., 2019:45).

Studi kuantitatif mengenai reaksi penetralan asam-basa paling nyaman apabila dilakukan dengan menggunakan prosedur yang disebut titrasi (titration). dalam percobaan titrasi, suatu larutan yang konsentrasinya diketahui secara pasti, disebut sebagai larutan standar (standard solution), ditambahkan secara bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan tersebut berlangsung sempurna. Jika kita mengetahui volume larutan standar dan larutan tidak diketahui yang digunakan dalam titrasi, maka kita dapat menghitung konsentrasi larutan yang tidak diketahui tersebut (Chang, 2005:111).

Konsentrasi larutan adalah jumlah zat terlarut yang terdapat dalam sejumlah tertentu larutan. Molaritas menyatakan konsentrasi sebagai jumlah mol zat terlarut dalam 1 L larutan. Pengenceran adalah proses penambahan pelarut ke dalam suatu larutan, yang akan mengurangi konsentrasi (molaritas) larutan tanpa mengubah jumlah mol total zat terlarut yang terdapat dalam larutan. Dalam titrasi asam-basa, larutan yang diketahui konsentrasinya ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan yang konsentrasinya belum diketahui dengan tujuan untuk menentukan konsentrasi yang belum diketahui tersebut. titik pada saat reaksi titrasi telah sempurna disebut titik ekuivalen (Chang, 2005:114).

Kesetimbangan yang melibatkan asam lemah atau basa lemah dalam larutan berair adalah kesetimbangan homogen. Kesetimbangan kelarutan merupakan contoh kesetimbangan heterogen. pH pada titik ekuivalen dari suatu titrasi asam-basa bergantung pada hidrolisis dari gram yang terbentuk dalam reaksi penetralan titik untuk titrasi asam kuat-basa kuat, pH pada titik ekuivalen ialah 7; untuk titrasi asam basa; lemah kuat, pH pada titik ekuivalen lebih besar daripada 7; untuk titrasi asam kuat-basa lemah pH pada titik ekuivalen lebih kecil daripada 7. Indikator asam basa adalah asam atau basa organik lemah yang berubah warna pada titik akhir dalam reaksi penetralan asam-basa (Chang, 2005: 157).

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1. Alat

Alat-alat yang akan diperlukan pada praktikum kali ini di antaranya adalah 1 buah buret ukuran 50 ml, 1 buah pipet gondok dengan ukuran 25 ml, 1 buah gelas piala ukuran 100 ml, erlenmeyer ukuran 250 ml 2 buah, sebuah corong, dan pipet tetes sebanyak 2 buah

3.2. Bahan

Bahan-bahan yang akan digunakan pada praktikum kali ini di antaranya adalah, larutan NaOH 0,1 N, Asam oksalat dihidrat 0,1 N, Larutan asam klorida, Larutan indikator fenolftalein, Larutan indikator metil merah, dan aquades.

3.2. Metode percobaan 

        1. standarisasi NaOH dengan Asam Oksalat 0,1N

        2. penentuan konsentrasi HCL

BAB IV 

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Hasil Pengamatan

  1. standarisasi NaOH dengan asam oksalat

          2.  penentuan konsentrasi HCL

4.1. standarisasi NaOH dengan asam oksalat 0.1 N

Titrasi asam basa atau biasa juga disebut dengan titrasi netralisasi yang di mana dalam reaksi tersebut menggunakan larutan standar asam dan larutan standar basa. Reaksi netralisasi yang terjadi antara ion hidrogen sebagai asam dengan ion hidroksida sebagai basa dan membentuk air yang bersifat netral. Berdasarkan konsep lain netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam) dan penerima proton (basa).

Dalam proses titrasi biasanya dibutuhkan larutan standar. Larutan standar merupakan istilah kimia yang menunjukkan suatu larutan sudah diketahui konsentrasinya. Larutan standar terbagi menjadi dua macam, yaitu larutan standar primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan yang sudah diketahui konsentrasinya secara pasti dan zatnya sudah murni sehingga tidak perlu distandarisasi terlebih dahulu. Ciri-ciri dari larutan standar primer diantaranya adalah mudah didapat, konsentrasinya tinggi, berat molekul tinggi, dan tidak bersifat higroskopis. Sedangkan, larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya belum diketahui, biasanya zatnya tidak pernah murni sehingga harus distandarisasi terlebih dahulu dengan bantuan larutan primer. Ciri-ciri dari larutan sekunder diantaranya adalah sulit didapat, konsentrasinya rendah, berat molekul rendah, dan biasanya bersifat higroskopis.

Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik yg menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya. (Padmaningrum, 2008)

Berdasarkan data hasil pengamatan, yang pertama dilakukan adalah titrasi asam oksalat sebagai titran dengan natrium hidroksida sebagai titratnya. Dalam percobaan ini dipilih asam oksalat sebagai larutan standar primer karena asam oksalat memiliki berat ekivalen (BE) yang besar sehingga tidak mudah terpengaruh kemurniannya. Sedangkan untuk larutan standar sekunder yakni NaOH yang perlu dilakukan standarisasi terlebih dahulu. Hal ini disebabkan karena larutan standar sekunder NaOH ini bersifat higroskopis. Di mana sifat higroskopis itu sendiri berarti larutan ini dapat menyerap air dari udara sehingga terjadi perubahan konsentrasi atau dengan kata lain larutan ini tidak diketahui dengan tepat konsentrasinya sehingga harus distandarisasi. Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan menggunakan larutan baku primer yang sudah diketahui konsentrasinya yaitu larutan baku primer asam oksalat 0,1 N.

Sebelum dititrasi, pada percobaan pertama dan kedua, larutan asam oksalat terlebih dahulu ditambah dengan larutan indikator PP (fenolftalein). Indikator PP digunakan agar titik akhir titrasi dapat mudah terlihat karena perubahannya membuat larutan yang mulanya tidak berwarna menjadi berwarna. Selain itu, larutan campuran memiliki pH di atas 7 atau berada dalam suasana basa, sehingga larutan akan memberikan warna secara teori (ungu muda) dalam suasana basa. Di mana range pH pada indikator PP yakni berkisar 8,3 - 10,0. Jadi apabila pH larutan di bawah 8,3 maka larutan tersebut tidak berwarna, sehingga larutan tersebut berada dalam suasana asam. Kemudian titrasi harus dihentikan tepat pada saat indikator menunjukkan perubahan warna pada larutan, sehingga larutan telah berubah warna sesuai dengan teori, yaitu ungu muda. Keadaan ini disebut titik akhir titrasi.

Pada percobaan ketiga larutan asam oksalat ditambah indikator metil merah terlebih dahulu sebelum pada akhirnya nanti akan dititrasi dengan larutan NaOH yang sudah distandarisasi. Range pH yang dimiliki oleh metil merah yakni berkisar antara 4,4 - 6,2. Ketika larutan asam oksalat ditetesi oleh metil merah, larutan tersebut mengalami perubahan warna dari bening ke merah, karena berada dalam suasana asam. Dan pada saat dititrasi dengan larutan NaOH, warna larutan tersebut berubah dari merah menjadi warna kuning karena berada dalam suasana basa. Saat larutan berubah menjadi warna kuning, maka keadaan tersebut telah mencapai titik akhir titrasi, dan titrasi harus dihentikan.


4.2. penentuan konsentrasi HCL

Setelah dilakukan standarisasi, selanjutnya dilakukan titrasi pada HCl yang akan ditentukan kadarnya dengan NaOH sebagai titrannya. Dalam proses titrasi ini, NaOH berperan sebagai titran, yaitu larutan yang sudah diketahui secara pasti konsentrasinya yang kemudian akan digunakan untuk mentitrasi larutan titratnya. Selanjutnya, yang berperan sebagai larutan titratnya atau yang belum diketahui konsentrasinya yang kemudian akan dicari konsentrasinya adalah HCl. Proses titrasi dilakukan dengan mengambil 25 mL larutan HCl, larutan ditambahkan indikator PP (fenolftalein) sebanyak 3-4 tetes, kemudian jika terjadi perubahan warna merah muda, maka titrasi dihentikan. Karena larutan berwarna merah muda tersebut menandakan bahwa larutan telah mencapai titik akhir titrasi. Sehingga didapatkan konsentrasi HCl sebesar 0,1 M. Percobaan dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan indikator pp dan menghasilkan perubahan warna yang sama, yaitu yang mulanya bening berubah warna menjadi ungu muda.

BAB V

KESIMPULAN

  1. Titik   akhir titrasi adalah keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indikator. Konsentrasi yang didapat dari larutan asam HCl berdasarkan metode titrasi asam basa adasah 0,06 N.

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, Wa Ode. 2013. Laporan Praktikum Dasar-Dasar Kimia Analitik Percobaan IV Analisis Volumetri (Titrasi Asam Basa). Kendari: Universitas Halu Oleo.

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Goldberg. David. 2002. Kimia Untuk Pemula. Jakarta: Erlangga. Gunawan, Adi. 1998. Tangkas Kimia. Surabaya: Kartika.

Ika, Dani. 2009. Alat Otomarisasi Pengukuran Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi Asam Basa. Jurnal Neutrino. Vol 1.

    Padmaningrum, Regina Tutik. 2008. Titrasi Iodometri. Yogyakarta : UGM Press                 Samiha,Yulia Tri, et all. 2016. Analisis Klorin Pada Beras Di Pasar Induk Jakabaring Dan

Sumbangsihnya Terhadap Mata Pelajaran Biologi Pada Materi Makanan Bergizi Dan Menu Seimbang di Kelas XI SMA/MA. Jurnal Biota, Vol. 2, No. 1

Sujono. 2003. Sistem Pengukur Molaritas Larutan dengan Metode Titrasi Asam Basa Berbasis Komputer. Jakarta: Universitas Budi Luhur


LAPORAN SEMENTARA




LAMPIRAN


JAWABAN EVALASI POST PRAKTIKUM

1.      Mengapa larutan NaOH yang digunakan harus distandarisasi dengan asam oksalat terlebih dahulu?

Jawab: Karena NaOH merupakan larutan baku sekunder (tidak pernah murni) yang bersifat higroskopis dan mudah menyerap air jika terpapar udara yang akan memengaruhi konsentrasinya sehingga harus distandarisasi terlebih dahulu oleh larutan baku primer seperti asam oksalat agar dapat mengetahui konsentrasi tepatnya.

2.      Jika sampel asam klorida (HCl) diganti dengan sampel asam sulfat, sedangkan volume NaOH yang dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen adalah sama dengan volume pada penentuan konsentrasi HCl maka berapakah nilai molaritas dari asam sulfat tersebut?

Jawab: Reaksi ionisasi larutan H2SO4 dalam larutannya:

H2SO4 (aq)                  2 H+ (aq) + SO42- (aq)

jumlah valensi asam [H+] = 2

Reaksi ionisasi NaOH adalah

NaOH (aq)                  Na+ (aq) + OH- (aq) jumlah valensi basa [OH-] = 1 Menentukan konsentrasi larutan H2SO4

a × Va × Ma = b × Vb × Mb 2 × 25 × Ma = 1 × 25 × 0,2

50 × Ma = 5

Ma = 5

50

Ma = 0,1 M

Jadi, Molaritas dari asam sulfat adalah 0,1

LAMPIRAN MSDS

1.          Natrium hidroksida (NaOH) Sifat fisika dan Kimia

Keadaan Fisik : Padat Penampilan : putih Bau : Tidak berbau pH : 14 (5% aq soln)

Tekanan Uap : 1 mm Hg pada 739 derajat C Viskositas : Tidak tersedia.

Titik didih : 1390 derajat C pada 760 mmHg Titik Pembekuan/Leleh : 318 derajat C Kelarutan : Larut.

Gravitasi/Kepadatan Spesifik : 2,13 g/cm3 Berat Molekul : 40

Identifikasi Bahaya

Menyebabkan luka bakar pada mata dan kulit. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan dan pernafasan. Higroskopis (menyerap kelembaban dari udara).

Mata : Menyebabkan luka bakar pada mata. Dapat menyebabkan kebutaan. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimia dan kerusakan kornea.

Kulit : Menyebabkan kulit terbakar. Dapat menyebabkan borok kulit yang dalam dan tembus. Tertelan : Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan perforasi saluran pencernaan. Menyebabkan sakit parah, mual, muntah, diare, dan syok.

Inhalasi : Iritasi dapat menyebabkan pneumonitis kimia dan edema paru. Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma. Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran pernapasan.

Kronis : Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Efek mungkin tertunda

Pertolongan Pertama

         Mata : Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.

         Kulit : Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.

         Tertelan : Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika

korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.

         Terhirup : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan

buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.

2.          Asam klorida (HCl)

Keadaan Fisik : Cair

Penampilan : jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat Bau : kuat, menyengat

pH : 0,01

Tekanan Uap : 84 mm Hg @ 20 derajat C Densitas Uap : 1,27 (udara=1)

Laju Penguapan : > 1,00 (N-butil asetat) Titik didih : 83 derajat C @ 760 mmHg Titik Beku/ Leleh : -66 derajat C Kelarutan : Larut.

Berat Jenis : 1,19 (38%) Rumus Molekul : HCl.H2O Berat Molekul : 36,46 Bahaya

Mata: Dapat menyebabkan cedera mata ireversibel. Uap atau kabut dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar yang parah. Kontak dengan cairan bersifat korosif pada mata dan menyebabkan luka bakar yang parah. Kulit: Kontak dengan cairan bersifat korosif dan menyebabkan luka bakar dan ulserasi yang parah. Tingkat keparahan cedera tergantung pada konsentrasi larutan dan durasi paparan. Proses menelan: Menyebabkan luka bakar saluran pencernaan yang parah dengan sakit perut, muntah, dan kemungkinan kematian. Dapat menyebabkan korosi dan kerusakan jaringan permanen pada kerongkongan dan saluran pencernaan.

Terhirup: Dapat berakibat fatal jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dengan sakit tenggorokan, batuk, sesak napas dan edema paru yang tertunda. Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran pernapasan. Menyebabkan tindakan korosif pada selaput lendir.

Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Paparan berulang dapat menyebabkan erosi gigi. Paparan berulang terhadap uap atau kabut HCl konsentrasi rendah dapat menyebabkan pendarahan pada hidung dan gusi. Bronkitis kronis dan gastritis juga telah dilaporkan.

Penanganan

●          Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air setidaknya selama 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.

●          Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.

●          Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.

●          Terhirup: bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan bantuan medis. Pindahkan korban ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.

3.          Indikator Fenolftalein Sifat Fisika dan Kimia Keadaan Fisik : Padat Penampilan : hampir putih Bau : Tidak berbau.

pH : Tidak tersedia. Tekanan Uap : Diabaikan.

Kepadatan Uap : Tidak tersedia. Tingkat Penguapan : Diabaikan. Viskositas : Tidak tersedia.

Titik didih : Tidak tersedia.

Titik beku/lebur : 261 - 263 derajat C Suhu Penguraian : Tidak tersedia.

Kelarutan : tidak larut Density : 1,299

Formula Molekul : C20H14O4 Berat Molekul : 318,32 Identifikasi Bahaya

Mata: Dapat menyebabkan iritasi mata. Kulit: Dapat menyebabkan iritasi kulit.

Tertelan: Menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah dan diare. Diharapkan menjadi bahaya konsumsi yang rendah.

Terhirup: Dapat Menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Bahaya rendah untuk penanganan industri biasa.

Kronis: Dapat menyebabkan cedera ginjal.

Penanganan

 

         Mata: Bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.

         Kulit: Dapatkan bantuan medis. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Lepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Bilas kulit dengan banyak sabun dan air.

         Tertelan: Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. Dapatkan bantuan medis jika terjadi iritasi atau gejala.

         Inhalasi: Hapus dari paparan dan pindahkan ke udara segar segera. Jika tidak bernapas,

berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis jika batuk atau gejala lain muncul. Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejala dan suportif

4.          Aquaes (H2O)

Aquades (H2O)

Sifat Fisika dan Kimia

Keadaan Fisik : Cair

Penampilan : Tidak berwarna - Bening - putih air Bau : tidak berbau

pH : Tidak tersedia.

Titik didih : 100 derajat C Kelarutan : Tidak tersedia. Rumus Molekul : H2O Berat Molekul : 18.0134 Bahaya

Mata: Tidak mengiritasi mata.

Kulit: Tidak menyebabkan iritasi pada kulit.

Tertelan: Tidak ada bahaya yang diharapkan dalam penggunaan industri normal. Penghirupan: Diperkirakan tidak ada bahaya dalam penggunaan industri normal. Penanganan

         Mata: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena bahan ini tidak mungkin berbahaya.

         Kulit: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena bahan ini tidak berbahaya.

         Tertelan: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena bahan ini diharapkan tidak berbahaya.

         Penghirupan: Tidak diperlukan perawatan khusus karena bahan ini tidak mungkin berbahaya jika terhirup. Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejala dan suportif.

 

5.          Indikator Metil Merah Keadaan Fisik : Cair Penampilan : tidak berwarna Bau : Bau alkohol.

pH : Tidak tersedia. Tekanan Uap : 33 mm Hg

Kerapatan Uap : 2,1 (udara=1)

Laju Penguapan : 1,5 (n-butil asetat=1) Titik didih : 82 derajat C

Titik beku/lebur : -90 derajat C Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.

Kelarutan : Benar-benar larut dalam air. Berat Jenis/Kerapatan : 0,78 (air=1) Rumus Molekul : Campuran

Berat Molekul :Tidak tersedia.

Identifikasi Bahaya

●          Mata: Menghasilkan iritasi, ditandai dengan sensasi terbakar, kemerahan, robek, peradangan, dan kemungkinan cedera kornea. Kulit: Dapat menyebabkan sensitisasi kulit, reaksi alergi, yang menjadi jelas setelah terpapar kembali bahan ini. Kontak yang lama dan/atau berulang dapat menyebabkan penghilangan lemak pada kulit dan dermatitis. Dapat menyebabkan iritasi dengan rasa sakit dan menyengat, terutama jika kulit terkelupas.

●          Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah dan diare. Dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat, ditandai dengan kegembiraan, diikuti oleh sakit kepala, pusing, kantuk, dan mual. Tahap lanjut dapat menyebabkan kolaps, tidak sadarkan diri, koma dan kemungkinan kematian akibat gagal napas.

●          Inhalasi: Menghirup konsentrasi tinggi dapat menyebabkan efek sistem saraf pusat yang ditandai dengan mual, sakit kepala, pusing, tidak sadar dan koma. Menghirup uap dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan.

●          Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan penghilangan lemak dan dermatitis.

●          Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis segera.

 

●          Kulit: Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut. Bilas kulit dengan banyak sabun dan air.

●          Tertelan: Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau air.

●          Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. Dapatkan bantuan medis segera.

●          Terhirup: Dapatkan bantuan medis segera. Hapus dari paparan dan pindahkan ke udara segar segera. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.

●          Catatan untuk Dokter: Tes aseton urin dapat membantu dalam diagnosis.

 










Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I - PENGENALAN ALAT LABORATORIUM