LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR II - PEMBUATAN LARUTAN
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
PEMBUATAN
LARUTAN
Tanggal
Praktikum :
19 September 2022
Nama : - Cantika Auliatunnisa (11220960000089)
- Siti Muflihatul Laili (11220960000093)
- M.
Ikhsan Nuril Hakim (11220960000099)
Kelas : Kimia C1
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Prinsip percobaan
Pada
percobaan pembuatan larutan ini
dilakukan dengan menghitung massa suatu padatan senyawa pekat untuk membuat
larutan dengan ditambahkan aquades sebagai pelarut. Selanjutnya prinsip kerja
pengenceran dengan menghitung volume senyawa pekat sebagai terlarut dan
menggunakan aquades sebagai pelarut. Hasilnya akan menjadi suatu larutan
homogen dengan konsentrasi akhir yang diinginkan.
1.2
Tujuan percobaan
1. Mampu membuat larutan dari
padatan dan dari larutan pekat.
2. Dapat menentukan massa dan
volume zat yang digunakan pada proses pembuatan larutan serta menghitung
konsentrasi larutan yang dibuat dengan berbagai jenis satuan konsentrasi
(molaritas, molalitas, persen, ppm, fraksi mol dan normalitas).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan
adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Larutan terdiri atas
dua komponen, komponen utama biasanya disebut pelarut, dan komponen minornya
dinamakan zat terlarut. Pelarut dipandang sebagai pembawa atau medium bagi zat
terlarut,yang dapat berperan serta dalam reaksi kimia dalam larutan atau
meninggalkan larutan karena pengendapan atau penguapan. (Oxtoby, 2001)
Campuran
adalah gabungan dua zat tunggal atau lebih dengan perbandingan sembarangan.
Campuran dapat pula terjadi antar senyawa. Campuran homogen adalah penggabungan
dua zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga
membentuk satu fasa. (Ratulani Juwita, 2017)
Dalam
pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi
yang tidak kita inginkan.Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu
dilakukan standarisasi.Standarisasi sering dilakukan dengan titrasi.Zat-zat
yang didalam jumlah yang relatif besar disebut pelarut (David,2001).
Menurut
Nurhasni, Yusraini DIS (2022) sifat dari suatu larutan ditentukan oleh
konsentrasi. Konsentrasi adalah jumlah zat terlarut (solute) dalam suatu satuan
volume atau bobot dari pelarut/larutan. Konsentrasi suatu larutan dapat
dinyatakan dalam beberapa cara diantaranya :
a. Konsentrasi
dalam persen
Tiga macam konsentrasi dalam persen
yaitu:
•
Persen bobot/bobot (%
w/w) menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.
•
Persen volume/volume (%
v/v) menyatakan banyaknya ml zat terlarut dalam 100 ml larutan.
•
Persen bobot/volume (% w/v)
menyatakan banyaknya gram zat terlarut dalam 100 ml larutan.
b. Konsentrasi
dalam fraksi mol
Fraksi mol (x) menyatakan mol zat
terlarut per mol total.
c. Konsentrasi
dalam part per million (ppm)
Sistem part per million (ppm) ini
memberikan berapa bagian satu komponen itu dalam 1 juta bagian campuran. ppm
atau bagian per sejuta menyatakan mg zat terlarut dalam 1 kg atau 1 liter
larutan.
d. Konsentrasi
dalam molar (molaritas)
Molaritas (M) menyatakan banyaknya
mol zat terlarut perliter larutan. Karena konsentrasi dalam molar merupakan
konsentrasi berdasarkan volume, sedangkan volume merupakan fungsi dari suhu
maka molaritas dipengaruhi oleh suhu.
e. Konsentrasi
dalam molal (molalitas)
Molalitas (m) adalah banyaknya mol
zat terlarut dalam 1000 gram pelarut. Karena bobot tidak dipengaruhi oleh suhu
maka molalitas adalah konsentrasi yang bebas dari pengaruh suhu.
f. Konsentrasi
dalam formalitas
Formalitas (f) adalah banyaknya bobot
rumus zat terlarut perliter larutan. Bobot rumus biasanya sinonim dengan bobot
molekul, karena itu biasanya formalitas sama dengan molalitas.
g. Konsentrasi
dalam normal (normalitas)
Seperti formalitas dan molalitas, sistem
konsentrasi ini didasarkan pada volume larutan. Normalitas (N) menyatakan
banyaknya ekuivalen zat terlarut perliter larutan. Ekuivalen ini merupakan
banyaknya suatu zat yang memberikan atau bereaksi dengan 1 mol H+ (asam-basa),
1 mol elektron (redoks), atau 1 mol
Dalam
membuat larutan standar baik larutan NaOH dari NaOH padat harus dilakukan
perhitungan masa NaOH padat yang dibutuhkan untuk mambuat larutan NaOH pada
konsentrasi tertentu. Sedangkan pada pembuatan HCl dari pengenceran HCl pekat
terlebih dahulu harus ditentukan nilai konsentrasi HCl pekat yang akan
digunakan. Oleh karena itu, tentukan berapa banyak larutan standar yang akan
dibuat dan dihitung berapa banyak larutan asli yang harus di encerkan . Jika
dilakukan pembuatan larutan dengan konsentrasi lebih kecil dari konsentrasi
awal pengenceran, digunakan persamaan pengenceran yaitu:
V1
x N1 = V2 x N2
Dimana
: V1 = Volume larutan asli yang
dipakai / diperlukan
V2
= Volume larutan standar yang akan dibuat.
N1
= Konsentrasi larutan asli / awal
N2
= Konsentrasi larutan standar yang akan dibuat
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
3.1
Alat
Alat
yang digunakan untuk melakukan percobaan ini yaitu Labu ukur 100 ml 2 buah ,Labu
ukur 50 ml 1 buah , Pipet ukur 5 ml 1 buah , Pipet ukur 1 ml 1 buah, Gelas ukur
50 ml 1 buah, Pipet tetes 2 buah, Gelas piala 100 ml 1 buah ,Corong 1 buah,
Termometer 1 buah , Botol Semprot 1 buah , Batang pengaduk 1 buah ,Spatula 1
buah
3.2
Bahan
Bahan
yang diperlukan dalam percobaan kali ini yaitu : H2SO4 pekat ,HCl pekat , NaOH
padat , Aquades
3.3
Prosedur percobaan
a. Pembuatan
larutan HCl 0,1N
Labu
ukur 100ml ·
Dimasukan sedikit akuades ·
Dimasukan 0,83 ml larutan hcl pekat ·
Ditambahkan akuades hingga batas tera ·
Dikocok hingga larutan homogen
Larutan
HCL 0,1 N
b. Pembuatan
Larutan Baku Primer Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1 N
Gelas
piala 100 ml Labu
ukur 100ml ·
Dimasukan Padatan
NaOH sebanyak 0,4 gram ·
Ditambahkan sedikit
Akuades ·
Diaduk hingga larut ·
Dimasukan kedalam
labu ukur 100 m
·
Ditambahkan akuades
hingga batas tera ·
Dikocok larutan hingga homogen
Larutan
NaOH 0,1 N
c. Pembuatan
Larutan H2SO4
Labu
ukur 50ml Larutan
H2SO4 ·
Ditimbang labu ukur
50 ml sebagai a gram ·
Diambil 30 ml akuades
dengan menggunakan gelas ukur, lalu dimasukan kedalam labu ukur ·
Ditimbang sebagai b
gram ·
Kemudian diukur
suhunya sebagai t1 ·
Ditambahkan 3ml H2SO4
pekat dengan pipet ukur ·
Ditimbang sebagai c
gram ·
Diukur suhunya
sebagai t2 ·
Ditambahkan akuades
sampai batas tera, lalu dikocok hingga homogen ·
Ditimbang sebagai d
gram
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Pada
percobaan asam klorida (HCl), sebelum membuat larutan HCl terlebih dahulu
dihitung jumlah HCl yang akan digunakan dengan menggunakan persamaan :
V1
x N1 = V2 x N2
Setelah
mendapatkan volume tersebut yaitu sebanyak 0,83 ml, lalu dimasukkan HCl pekat 0,83
ml ke dalam labu ukur. Akan tetapi sebelum itu harus dimasukkan sedikit aquades
ke dalam labu ukur karena HCl bersifat asam pekat. Setelah HCl dimasukkan ke
dalam labu ukur kemudian ditambahkan aquades hingga batas tera lalu dikocok
hingga homogen dimana antara zat terlarut dan pelarut tidak dapat dibedakan
lagi.. Lalu setelah campuran tersebut menjadi campuran yang homogen akan
terbentuk larutan HCl yang bersifat asam sebanyak 0,1 N.
Pada
percobaan NaOH, pertama-tama timbang dan tentukan terlebih dahulu massa NaOH
yang akan digunakan dengan menggunakan persamaan :
BE
Setelah
diketahui massa NaOH yang akan digunakan yaitu sebanyak 0,4 gram, kemudian
larutkan padatan NaOH 0,4 gram yang berwarna putih dengan pelarut Aquades.
Padatan NaOH mudah terlarut sehingga tidak perlu dipanaskan. Setelah itu
masukan cairan NaOH tersebut ke dalam labu ukur, sebelum itu tambahkan aquades
terlebih dahulu ke dalam labu ukur karena NaOH bersifat korosi. Kemudian akan
menjadi larutan NaOH yang bersifat basa sebanyak 0,1 N.
Pada
percobaan pembuatan larutan H2SO4 dilakukan dengan cara menimbang labu ukur
kosong sebagai a gram, lalu menambahkan 30 ml akuades kedalam labu ukur
tersebut, dan mengukur suhunya sebagai T1. Setelah itu, menimbang labu ukur
yang berisi akuades sebagai b gram, lalu menambahkan 3 ml asam sulfat, mengukur
suhu kembali sebagai T2. Kemudian, menimbang kembali labu ukur yang telah
ditambahkan asam sulfat sebagai c gram, masukkan kembali akuades sampai batas
tera, dikocok hingga larutan homogen. Terakhir, timbang kembali sebagai d gram.
Pada pembuatan larutan ini telah dihitung bahwa konsentrasi dalam persen yang
pertama, persen bobot/bobot %(w/w) adalah 9,9%, yang kedua persen volume/volume
%(v/v) adalah 6 % dan yang ketiga, persen bobot/volume %(w/v) adalah 10,4%. Kemudian
molaritasnya adalah 1,06 M, molalitas adalah 1,83 m
BAB
V
KESIMPULAN
Setelah
melakukan percobaan, maka didapatkan beberapa kesimpulan diantaranya :
1. Dari
percobaan tersebut dapat diketahui bahwa dari 0,83 ml HCl pekat akan menjadi
larutan HCl 0,1 N, dari 0,4 gram padatan NaOH akan menjadi larutan NaOH 0,1 N
dan dari 3 ml H2SO4 pekat akan menjadi
larutan H2SO4
2. Dari
percobaan tersebut dapat diketahui bahwa normalitas HCl sebesar 12,06 N dari
volume HCl sebesar 0,83 ml. Untuk massa NaOH sebesar 0,4 gram dan terakhir %(w/w),
%(v/v), %(w/v), molaritas, molalitas dari larutan H2SO4 dengan besar
masing-masing adalah 9,9 %, 6 %, 10,4 %, 1,06 M, dan1,83 m
DAFTAR
PUSTAKA
Oxtoby, David W. dkk. 2001. Prinsip-Prinsip
Kimia Modern, Ed. Ke4. Jilid. 1. Jakarta: Erlangga.
Juwita, Ratulani. 2017. Kimia Dasar
Teori dan Latihan. Padang: Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP) PGRI Sumatera. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2022, dari
http://repo.stkip-pgri- sumbar.ac.id/id/eprint/3855/
Nurhasni, Yusraini DIS. 2022. Pedoman
Praktikum Kimia Dasar I. Jakarta: Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
K3 LMC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Majalah
MSDS (Material Safety Data Sheet). Jakarta: LMC UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Wahyudi.2000.Jurnal Kimia dan Larutan.Purwokerto:UJS
ditibangan
kaca arloji Dimasukan
NaOH yang sudah ditimbang ke dalam gelas piala yang sudah terdapat aquades Ditambahkan
aquades hingga batas tera Ditimbang
larutan H2SO4 Dimasukan
8,3 ml HCl pekat Dimasukan
3ml H2SO4 pekat
Hasil
Lampiran
MSDS
1.Aquades (H2O)
a. Sifat
Fisika dan Kimia
- Keadaan Fisik : Cair
- Penampilan : tidak berwarna - Bening - putih air
- Bau : tidak berbau
- pH : Tidak tersedia.
- Tekanan Uap : 17,5 mm Hg @ 20 derajat C.
- Kepadatan Uap : Tidak tersedia.
- Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.
- Viskositas : 1 cP @ 20C
- Titik didih : 100 derajat C
- Titik beku/lebur : Tidak tersedia.
- Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.
- Kelarutan : Tidak tersedia.
- Gravitasi/Kepadatan Spesifik : 1.000
- Rumus Molekul : H2O
- Berat Molekul : 18.0134
b. Bahaya
- Mata: Tidak mengiritasi mata.
- Kulit: Tidak menyebabkan iritasi pada kulit.
- Tertelan: Tidak ada bahaya yang diharapkan dalam
penggunaan industri normal.
- Penghirupan: Diperkirakan tidak ada bahaya dalam
penggunaan industri normal.
- Kronis: Tidak ada
c. Penanganan
- Mata: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena
bahan ini tidak mungkin berbahaya.
- Kulit: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena
bahan ini tidak berbahaya.
- Tertelan: Tidak diperlukan perawatan khusus, karena
bahan ini diharapkan tidak berbahaya.
-
Penghirupan: Tidak diperlukan perawatan khusus karena bahan ini tidak mungkin
berbahaya jika terhirup. Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejala dan
suportif.
2. Asam klorida (HCl)
a. Sifat
Fisika dan Kimia
- Keadaan Fisik : Cair
- Penampilan : jernih, tidak berwarna hingga kuning
pucat
- Bau : kuat, menyengat
- pH : 0,01
- Tekanan Uap : 84 mm Hg @ 20 derajat C
- Densitas Uap : 1,27 (udara=1)
- Laju Penguapan : > 1,00 (N-butil asetat)
- Titik didih : 83 derajat C @ 760 mmHg
- Titik Beku/ Leleh : -66 derajat C
- Kelarutan : Larut.
- Berat Jenis : 1,19 (38%)
- Rumus Molekul : HCl.H2O
- Berat Molekul : 36,46
b. Bahaya
- Mata: Dapat menyebabkan cedera mata ireversibel. Uap
atau kabut dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar yang parah. Kontak dengan
cairan bersifat korosif pada mata dan menyebabkan luka bakar yang parah.
- Kulit: Kontak dengan cairan bersifat korosif dan
menyebabkan luka bakar dan ulserasi yang parah. Tingkat keparahan cedera
tergantung pada konsentrasi larutan dan durasi paparan.
- Proses menelan: Menyebabkan luka bakar saluran
pencernaan yang parah dengan sakit perut, muntah, dan kemungkinan kematian.
Dapat menyebabkan korosi dan kerusakan jaringan permanen pada kerongkongan dan
saluran pencernaan.
- Terhirup: Dapat berakibat fatal jika terhirup. Dapat
menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dengan sakit tenggorokan,
batuk, sesak napas dan edema paru yang tertunda. Menyebabkan luka bakar kimia
pada saluran pernapasan. Menyebabkan tindakan korosif pada selaput lendir. -
Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan
dermatitis. Paparan berulang dapat menyebabkan erosi gigi. Paparan berulang terhadap
uap atau kabut HCl konsentrasi rendah dapat menyebabkan pendarahan pada hidung
dan gusi. Bronkitis kronis dan gastritis juga telah dilaporkan.
c. Penanganan
- Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan
banyak air setidaknya selama 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.
- Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit
dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu
yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum
digunakan kembali.
- Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan.
Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air.
Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan
diri.
-
Terhirup: bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan bantuan medis.
3. Asam sulfat (H2SO4)
d. Sifat
Fisika dan Kimia
- Rumus kimia : H2SO4
- Berat Molekul : 98,07
- Keadaan Fisik : Cair
- Penampilan : berminyak
- bening tidak berwarna hingga kuning
- Bau : tidak berbau - pH : 0,3 (larutan 1N)
- Tekanan Uap : < 0,001 mm Hg @ 20 derajat C
- Kepadatan Uap : 3,38 (udara = 1)
- Tingkat Penguapan : Lebih lambat dari eter.
- Viskositas : 21 mPas @ 25 C
- Titik didih : 290 - 338 derajat C
- Titik Pembekuan/Leleh:10 derajat C
- Suhu Dekomposisi : 340 derajat C
- Kelarutan : Larut dengan banyak panas
e. Bahaya
- Mata: Menyebabkan luka bakar mata yang parah. Dapat
menyebabkan cedera mata ireversibel. Dapat menyebabkan kebutaan.
- Kulit: Menyebabkan kulit terbakar. Tingkat keparahan
cedera tergantung pada konsentrasi larutan dan durasi paparan.
- Tertelan: Dapat menyebabkan kerusakan parah dan
permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar pada saluran
pencernaan.
- Terhirup: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran
pernapasan dengan rasa sakit terbakar di hidung dan tenggorokan, batuk, mengi,
sesak napas dan edema paru. Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran
pernapasan.
- Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau
berulang dapat menyebabkan dermatitis. Inhalasi yang berkepanjangan atau
berulang dapat menyebabkan mimisan, hidung tersumbat, nyeri dada dan bronkitis.
Kontak mata yang lama atau berulang dapat menyebabkan konjungtivitis. Efek
mungkin tertunda. Pekerja yang terpapar kabut asam sulfat secara kronis dapat
menunjukkan berbagai lesi pada kulit, trakeobronkitis, stomatitis,
konjungtivitis, atau gastritis. Paparan di tempat kerja terhadap kabut asam
anorganik kuat yang mengandung asam sulfat bersifat karsinogenik bagi manusia.
f. Penanganan
- Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan
banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.
- Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit
dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu
yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum
digunakan kembali.
- Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan.
Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air.
Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan
diri.
-
Terhirup: bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan bantuan medis. Pindahkan
korban ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika
sulit bernafas, berikan oksigen.
4. Natrium hidroksida (NaOH)
a. Sifat
fisika dan Kimia
- Keadaan Fisik : Padat
- Penampilan : putih
- Bau : Tidak berbau - pH
: 14 (5% aq soln)
- Tekanan Uap : 1 mm Hg
pada739 derajat C
- Kepadatan Uap : Tidak
tersedia.
- Tingkat Penguapan :
Tidak tersedia.
- Viskositas : Tidak
tersedia.
- Titik didih : 1390
derajat C pada 760 mmHg
- Titik Pembekuan/Leleh :
318 derajat C
- Suhu Dekomposisi :
Tidak tersedia.
- Kelarutan : Larut.
- Gravitasi/Kepadatan
Spesifik : 2,13 g/cm3
- Berat Molekul : 40
b. Identifikasi
Bahaya Menyebabkan luka bakar pada mata dan kulit. Menyebabkan luka bakar pada
saluran pencernaan dan pernafasan. Higroskopis (menyerap kelembaban dari
udara).
- Mata : Menyebabkan luka
bakar pada mata. Dapat menyebabkan kebutaan. Dapat menyebabkan konjungtivitis
kimia dan kerusakan kornea.
- Kulit : Menyebabkan
kulit terbakar. Dapat menyebabkan borok kulit yang dalam dan tembus.
- Tertelan : Dapat
menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan
luka bakar pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan perforasi saluran
pencernaan. Menyebabkan sakit parah, mual, muntah, diare, dan syok.
- Inhalasi : Iritasi
dapat menyebabkan pneumonitis kimia dan edema paru. Menyebabkan iritasi parah
pada saluran pernapasan bagian atas dengan batuk, luka bakar, kesulitan
bernapas, dan kemungkinan koma. Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran
pernapasan.
- Kronis : Kontak kulit
yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Efek mungkin
tertunda
c. Pertolongan
Pertama
- Mata : Jika terjadi
kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan
bantuan medis segera.
- Kulit : Jika terjadi
kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil
melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis
segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
- Tertelan : Jika
tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar
penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut
kepada orang yang tidak sadarkan diri.
- Terhirup : Jika
terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan
buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis
Komentar
Posting Komentar