Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 Percobaan 4 Reaksi Kimia


  LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 

REAKSI KIMIA



 Tanggal Praktikum       : Senin, 3 Oktober 2022

 Kelompok                  : 4

 Nama Anggota              : 1.Muhammad Naufal Rahman (11220960000071)

                                          2.Indi Aleyda Mustika (11220960000073)

                                         3.Izzatun Nisa (11220960000087)            

Kelas                               : Kimia 1C1

Dosen Pengampu            : Ahmad Fathoni, M.Si.

 

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022

 

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Prinsip Percobaan

      Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah analisa kualitatif. Dalam percobaan ini reaksi kimia berdasarkan ciri dan tanda telah terjadi suatu reaksi yaitu ada reaksi-reaksi yang menghasilkan gas, endapan, perubahan suhu, serta perubahan warna.

1.2. Tujuan Percobaan

1.           1.  Mengetahui, mengenal, serta dapat memahami ciri-ciri dalam mengidentifikasi suatu reaksi kimia.

2.            2.  Mampu mengklasifikasi jenis-jenis reaksi kimia berdasarkan produk yang dihasilkan.

3.         3.  Dapat menjabarkan persamaan reaksi kimia dari suatu reaksi kimia yang berlangsung.

 

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu kimia merupakan ilmu yang mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan yang dialami materi dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang direncanakan. Struktur dan perubahan yang dialami merupakan bidang kimia yang menyajikan (Nurhasni dan Yusraini DIS, 2022).

Sifat dan perubahan yang terjadi diantara zat-zat ini merupakan daerah kimia deskriptif. Semua sifat atau unsur intrinsik (karakter apa saja dari zat itu) atau ekstrinsik (tidak khas dari zat tertentu apa saja) sifat kimia (intrinsik) dihayatkan dalam perubahan kimia (reaksi kimia) dalam mana zat-zat diubah menjadi zat lain (Nurhasni dan Yusraini DIS, 2022).

Kriteria yang pasti untuk mengenali suatu perubahan kimia didasarkan pada pemahaman mendalam dan informasi yang diperoleh dalam perkembangan ilmu kimia deskriptif. Tiga macam perubahan yang selalu menyertai reaksi kimia. Ketika reaksi berlangsung pereaksi berubah menjadi hasil reaksi yang mempunyai: sifat, susunan energi dalam yang berlainan (Nurhasni dan Yusraini DIS, 2022).

Reaksi kimia adalah gabungan dari beberapa zat yang apabila disatukan dan disamakan koefisiennya akan membentuk reaksi kimia. Reaksi kimia dapat dikatakan berlangsung artinya terjadi suatu reaksi jika ion-ion yang dicampurkan mengalami suatu perubahan. Perubahan yang terjadi ada yang dapat diamati secara visual, seperti pengendapan, perubahan warna dan timbulnya gas, ada juga yang tidak dapat diamati secara visual, tetapi terjadi perubahan sifat kimia, seperti dalam reaksi asam basa (Goldberg, 2007).

Reaksi kimia dinyatakan dengan persamaan reaksi kimia. Pada persamaan reaksi, rumus untuk reaktan ditulis  disebelah kiri dan rumus produk ditulis disebelah kanan. Kesetimbangan rumus kimia untuk memperoleh persamaan reaksi kimia dengan mengatur koefisien reaksi dengan bertujuan menetapkan jumlah dari setiap jenis atom tidak berubah, karena atom tidak dibuat atau dimusnahkan dalam reaksi kimia (Petrucci, 1989).

Beberapa jenis reaksi kimia umumnya dapat terjadi berdasarkan apa yang terjadi saat reaktan berubah menjadi produk. Reaksi-reaksi yang lebih umum dapat terjadi adalah penggabungan, penguraian, pergantian tunggal, pergantian rangkap, pembakaran, dan redoks (Moore,2004).

Beberapa pereaksi dan hasil reaksi dapat berada dalam bentuk larutan (solution) sesungguhnya ditentukan oleh komponen-komponennya, yaitu pelarut (Solvent): merupakan substansi yang melarutkan zat. Komponen ini menentukan wujud larutan sebagai gas, padatan, endapan, atau sebagai cairan. Zat terlarut (solute): merupakan substansi yang terlarut dalam Solvent (Barsasella, 2013)

Kriteria yang pasti untuk mengenali suatu perubahan kimia didasarkan pada pemahaman mendalam dan informasi yang diperoleh dalam perkembangan ilmu kimia deskriptif. Tiga macam perubahan selalu menyertai reaksi kimia . Ketika reaksi berlangsung pereaksi berubah menjadi hasil reaksi yang mempunyai: sifat, susunan dan energi dalam yang berlainan (Nurhasni dan Yusraini DIS, 2022)

Ciri-ciri yang menyertai suatu reaksi kimia diantaranya:

1.   1.   Reaksi yang disertai terbentuknya gas

Keberadaan gas dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Terbentuknya gas ditunjukkan adanya aroma tertentu, gelembung-gelembung dalam larutan yang direaksikan, beberapa gas tidak berwarna, akan tetapi beberapa gas berwarna. Gas saling menyebar dan berdisfusi satu sama lain serta bercampur semuanya, jadi campuran gas adalah larutan homogen (Petrucci, 1989)

2.    2.  Reaksi yang disertai terbentuknya warna

Perubahan warna terjadi karena komposisi suatu zat berubah.

3.    3.  Reaksi yang disertai perubahan suhu

Pada reaksi kimia terjadi perubahan suhu disebabkan perpindahan energi antara sistem dan lingkungan. Ada 2 perubahan yaitu eksotermis dan endotermis.

4.     4. Reaksi yang disertai dengan terjadinya endapan

Endapan adalah padatan tak larut yang terpisah dari larutan. Reaksi larutan biasanya melibatkan senyawa ionik (Chang, 2004).

 

BAB III METODE PERCOBAAN 

3.1. Alat

      Tabung reaksi 12 buah, rak tabung reaksi, korek api, cawan porselen, 10 buah (pipet tetes dan gelas ukur 10mL).

3.2. Bahan

      Magnesium serbuk, Alumunium serbuk, larutan Asam sulfat, Kalsium karbonat serbuk, larutan Asam sulfat, larutan Besi (III) klorida, larutan Natrium hidroksida, larutan Etanol, larutan Perak nitrat, Tembaga serbuk, larutan Asam nitrat pekat, larutan Tembaga sulfat, larutan Natrium karbonat dan larutan Amonia

3.3. Metode Percobaan




BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan pertama adalah mereaksikan 0,1 gram magnesium (Mg (s)) dengan  2 ml asam klorida (HCl (l)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia karena ditandai dengan adanya gelembung gas yang menunjukan adanya gas yang terbentuk dan perubahan warna magnesium dari abu-abu tua menjadi perak. Reaksi ini termasuk ke dalam eksoterm karena menghasilkan panas disekitar tabung. Dalam reaksi menunjukan adanya reaksi perpindahan tunggal (subtitusi) dibuktikan dengan adanya logam magnesium bereaksi sepenuhnya menghasilkan MgCl2, hal ini karena logam magnesium menggantikan hydrogen terjadi demikian disebabkan logam magnesium cukup reaktif untuk mendorong hydrogen keluar. Hasil reaksi yang terjadi:


Mg (s) + 2 HCl (aq) => MgCl2 (aq) + H2 (g)

Percobaan kedua adalah mereaksikan 0,1 gram aluminium (Al (s)) dengan 2 ml asam klorida (HCl (l)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia karena ditandai dengan adanya endapan berwarna abu-abu disertai gelembung gas. Reaksi yang ditunjukkan dalam percobaan menghasilkan perubahan suhu yaitu eksoterm karena adanya panas disekitar tabung dan dilakukan dalam lemari asam. Pada reaksi ini aluminium bersifat amfoter karena dapat bereksi dengan asam dan basa. Al mendorong hydrogen keluar sehingga akan membentuk AlCl3 dan hydrogen berdiri sendiri. Al lebih reaktif daripada hydrogen sehingga dapat mendorong. Reaksi Al dan HCl menghasilkan reaksi perpindahan tunggal (subtitusi). Hasil reaksi yang terjadi:

2 Al (s) + 6 HCl (aq) => 2 AlCl3 (aq) + 3 H2 (g)


Percobaan ketiga adalah mereaksikan 0,1 gram tembaga (Cu (s)) dengan asam klorida (HCl (aq)). Dalam pengamatan tidak terjadi reaksi kimia karena tidak mengalami perubahan signifikan. Hal ini dikarenakan terkendalanya suatu logam mendesak logam lain karena logam pendesak memiliki E reduksi lebih tinggi (berada di sebelah kanan daripada logam yang ingin didesaknya). Hasil reaksi yang terjadi:

Cu (s) + 2 HCl (aq) => CuCl2 (aq) + H2 (g)

Percobaan keempat adalah mereaksikan 0,1 gram tembaga (Cu (s)) dengan 2 ml asam nitrat (HNO3 (aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia karena menghasilkan warna hijau dan berbau seperti logam. Hal ini menunjukan adanya reaksi reduksi-oksidasi pada larutan. Cu bertindak sebagai zat yang kehilangan electron dalam suatu zat. Dan N bertindak sebagai zat yang memperoleh electron. Cu menunjukan dirinya sebagai reduktor dan HNO3 sebagai oksidator. Hasil reaksi menunjukan Cu(NO3)2 sebagai hasil oksidasi dan NO2 sebagai hasil reduksi. Hasil reaksi yang terjadi:

3 Cu (s) + 8 HNO (aq) => 3 Cu(NO3)2 (aq) + 2 NO (g) + 4 H2O (l)

Percobaan kelima adalah mereaksikan 2 ml perak nitrat (AgNO3 (aq)) dengan 2 ml asam klorida (HCl (l)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia karena ditandai dengan pembentukan endapan berwarna putih. Dalam reaksi ion klorida menggantikan ion nitrat dari perak nitrat untuk membentuk perak klorida. Ion  nitrat menggantikan ion klorida dari hydrogen klorida untuk membentuk asam nitrat dan reaksi ini disebut reaksi perpindahan ganda karena terjadi dua senyawa baru. Endapan putih didapat karena adanya senyawa yang terpisah dari larutan. Sebagian ion Cl- terlarut sedangkan ion Ag+ tidak larut. Hasil reaksi yang terjadi:

AgNO3 (aq) + HCl (aq) => HNO3 (aq) + AgCl (s)

Percobaan keenam adalah mereaksikan 0,1 gram kalsium karbonat (CaCO3 (s)) dengan 2 ml asam klorida (HCl (aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia karena menunjukan adanya buih-buih dan gelembung gas menandakan adanya gas yang terbentuk  Larutan ini bereaksi dengan cepat untuk membentuk karbondioksida, air, dan kalsium klorida. Larutan CaCO3 dan HCl larut serta berakhir dengan larutan kalsium klorida tidak berwarna. Hasil reaksi yang terjadi:

CaCO3 (s) + 2 HCl (l) => CaCl2(aq) + CO2 (g) + H2(l)

Percobaan ketujuh adalah mereaksikan 2 ml larutan asam sulfat (H2SO4 (aq)) dengan 2 ml larutan natrium hidroksida (NaOH (aq)). Percobaan ini terjadi reaksi kimia yaitu terdapat gelembung gas. Gelembung bisa terbentuk dari pemanasan suatu cairan atau pembentukan gas dalam cairan. Ini menunjukan dalam reaksi kimia bahwa ada gas yang terbentuk. Hasil reaksi yang terjadi:        

H2SO4(aq) + 2 NaOH (aq) =>  Na2SO4 (aq) + 2 H2O (l) 

          Percobaan kedelapan adalah mereaksikan 2 ml asam klorida (HCl(aq))  dengan 2 ml  natrium hidroksida (NaOH(aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia karena ditandai adanya perubahan suhu dibuktikan dengan timbulnya panas di sekitar tabung reaksi menandakan adanya pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan. Reaksi ini menunjukkan adanya reaksi penetralan karena menghasilkan garam dan air dari asam kuat dan basa kuat. Asam kuat HCl menghasilkan ion H+ dan Cl-. Basa kuat NaOH menghasilkan ion Na+ dan OH- . Pembentukan garam dapur (NaCl) terjadi karena ion Na+ dari NaOH  bereaksi dengan ion Cl- dari HCl. Adapun pembentukan air (H2O) terjadi karena ion  H+ dari HCl bereaksi dengan ion OH- dari NaOH. Hasil reaksi yang terjadi:

            HCl (aq) + NaOH (aq) => NaCl (aq) + H2(l)

          Percobaan kesembilan adalah mereaksikan 2 ml tembaga sulfat (CuSO4(aq))  dengan 2 ml natrium hidroksida (NaOH(aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia karena ditandai dengan adanya endapan berwarna biru.  Endapan biru terjadi karena bahan hidroksida dapat mengendapkan logam berat seperti Cu. Hidroksida disini dapat meningkatkan pH larutan, sehingga logam berat dapat mengendap. Dalam reaksi menunjukkan adanya reaksi perpindahan ganda dibuktikan dengan adanya dua senyawa bereaksi dan bertukar membentuk dua senyawa baru. Hasil reaksi yang terjadi:

            CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) => Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)

          Percobaan kesepuluh adalah mereaksikan 2 ml besi (III) klorida (FeCl3(aq))  dan 2 ml natrium hidroksida (NaOH(aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia ditandai dengan adanya endapan berwarna coklat kemerahan. Endapan yang terjadi disebabkan oleh FeClkarena tidak dapat larut dengan pereaksi berlebih seperti NaOH. Dalam reaksi ini ion Na+  menggantikan ion Cl- dari FeCl3 untuk membentuk NaCl. Ion OH- menggantikan ion Fe3+ untuk membentuk Fe(OH)3. Maka reaksi ini disebut reaksi perpindahan berganda karena menghasilkan 2 senyawa baru. Hasil reaksi yang terjadi:

            FeCl3 (aq) + 3NaOH (aq) => Fe(OH)3 (s) + 3NaCl (aq)

          Percobaan kesebelas adalah mereaksikan 2 ml etanol (C2H5OH(aq)) dengan Oksigen (O(2)). Perlakuan percobaan dengan melakukan pembakaran. Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia ditandai dengan adanya terbentuknya gas, perubahan suhu berupa kenaikan suhu yang berarti pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan (eksoterm) serta volume etanol yang terus berkurang. Hasil reaksi yang terjadi:

            C2H5OH (aq) + 3O2 (g) => 2CO2 (g) + 3H2(l)

           Percobaan kedua belas adalah mereaksikan 2 ml natrium karbonat (Na2CO3(aq)) dengan 2 ml asam sulfat (H2SO4(aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia ditandai dengan adanya buih-buih gas hidrogen di dalam tabung reaksi. Hasil reaksi yang terjadi

            Na2CO3 (aq)  + H2S04 (aq)  => Na2SO4 (aq) + CO2 (g) + H2(l)

          Percobaan ketiga belas adalah mereaksikan 2 ml natrium klorida (NaCl(aq)) dengan 2 ml perak nitrat (AgNO3(aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia ditandai dengan adanya endapan putih AgCl dan sedikit buih dari NaNO3. Reaksi kimia jenis ini terlihat sebagai reaksi perpindahan berganda karena dua senyawa bereaksi dan bertukar membentuk dua senyawa baru dengan cara kerja perak memiliki muatan positif dan nitrat selalu negatif. Natrium memiliki muatan positif dan klorin memiliki muatan negatif. Positif-Negatif akan bertukar tempat sehingga perak berikatan dengan klor dan natrium berikatan dengan nitrat. Hasil reaksi yang terjadi:

              NaCl (aq) + AgNO3 (aq) => AgCl (s) + NaNO3 (aq)

          Percobaan keempat belas adalah mereaksikan 2 ml tembaga sulfat (CuSO4) dengan 2 ml ammonia (NH3). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia ditandai dengan adanya endapan ungu Cu(NH3)4. Terjadi perubahan warna CuSO4 dari biru menjadi ungu. Amonia menyebabkan korosi pada CuSO4.. Reaksi kimia dari larutan ini menghasilkan jenis reaksi kimia perpindahan ganda yang ditunjukkan dua buah senyawa membentuk dua senyawa baru. Hasil reaksi yang terjadi:

             CuSO4 (aq) + 4NH3 (aq) => Cu(NH3)4 (aq) + SO4 (aq)

          Percobaan kelima belas adalah mereaksikan 2 ml natrium hidroksida (NaOH(aq)) dengan 2 ml besi (III) klorida (FeCl3(aq)). Percobaan ini menghasilkan pengamatan yang sama pada reaksi percobaan kesepuluh walaupun larutan yang dimasukkan terlebih dahulu berbeda. Pada percobaan kesepuluh terlebih dahulu memasukkan larutan FeCl3 kemudian menambahkan NaOH, sedangkan pada percobaan kelima belas larutan terlebih dahulu memasukkan NaOH kemudian menambahkan FeCl3.  Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia ditandai dengan adanya endapan berwarna coklat kemerahan. Endapan yang terjadi disebabkan oleh FeCl3  karena tidak dapat larut dengan pereaksi berlebih seperti NaOH. Dalam reaksi ini ion Na+  menggantikan ion Cl- dari FeCl3 untuk membentuk NaCl. Ion hidroksi menggantikan ion besi untuk membentuk Fe(OH)3. Maka reaksi ini disebut reaksi perpindahan berganda karena menghasilkan 2 senyawa baru. Hasil reaksi yang terjadi:

              3NaOH (aq) + FeCl3 (aq) => Fe(OH)3 (S) + 3NaCl (aq)

        Reaksi netralisasi adalah reaksi suatu asam basa yang menghasilkan senyawa ion. Hasil perolehan reaksi penetralan berupa garam dan air (Rahayu dan Yusuf, 2011).

        Reaksi pengendapan adalah suatu reaksi yang menghasilkan endapan. Endapan terbentuk jika larutan menjaddi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan (Sandya, 1995).   

    Reaksi pembakaran melibatkan reaksi penggabungan unsur atau senyawa dengan oksigen. Reaksi pembakaran merupakan suatu reaksi redoks yang bahan-bahan terbakar bergabung dengan unsur-unsur oksidator serta menghasilkan panas (Rahayu dan Yusuf, 2011).

BAB V KESIMPULAN

Kesimpulan pada percobaan ini, yaitu:

  1. Dapat mengetahui, mengenal, dan memahami ciri-ciri dalam mengidentifikasi suatu reaksi kimia, yaitu terjadinya perubahan warna, terjadinya perubahan suhu, terbentuknya endapan atau presipitasi, dan terbentuknya gas atau uap.
  2. Dapat mengklasifikasikan jenis-jenis reaksi kimia berdasarkan produk yang dihasilkan. Reaksi kimia yang terdapat dalam percobaan ini yaitu: reaksi penggabungan, reaksi pembakaran, reaksi penetralan, reaksi pembentukan gas, dan reaksi pengendapan. Jenis- jenis reaksi kimia berdasarkan produk yang dihasilkan; Reaksi netralisasi (asam + basa => garam + air), Reaksi pengendapan (Qc>ksp, Qc=ksp, Qc<ksp), Reaksi redoks (hasil biloks), reaksi perpindahan/pergantian tunggal atau subtitusi (A + BC=>B + AC), Reaksi pembakaran (CxHy + O2=>CO2 + H2O, Reaksi pergantian ganda atau metatesis (AB + CD=>AD +CB), dan Reaksi perpaduan atau penggabungan (A + B=>C).
  3. Pada persamaan  reaksi rumus untuk reaktan ditulis di sebelah kiri dan rumus unntuk periodik ditulis di sebelah kanan. Penulisan reaksi kimia dilakukan secara langsung atau dengan tiga tahap, diantaranya menulis nama, mengubah ke dalam rumus, dan mengatur koefisien reaksi.

DAFTAR PUSTAKA

Nurhasni dan Yusraini DIS. 2022. Pedoman Praktikum Kimia Dasar 1. Jakarta: Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Goldberg, D.E. 2007. Kimia untuk pemula edisi ketiga. Terjemahan dari Schaum's Outlines Of Theory and Problems of Beginning Chemistry, oleh Suminar Setiadi Achmadi. Jakarta: Erlangga.

Petrucci, Ralph H. 1989. General Chemistry Priinciples and Modern Application. Budiawati, Riri. 2019. Kimia Dasar. Bandung. ITB. 

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Konsep-konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Moore, John  T. 2004. Kimia For Dunnies. Bandung: Pakar Raya.

Diana, Barsasella. 2013. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta: Pelita.

Rahayu dan Yusuf. 2011. Reaksi Kimia. Jakarta.

Sandya, Hadi. 1995. Kimia Dasar 1. Jakarta: Erlangga.


LAMPIRAN 
  •      Evaluasi Post Praktikum

1. Data Hasil Pengamatan


2. Sebutkan ciri-ciri terjadinya suatu reaksi kimia!
Jawab: 
Ciri-ciri terjadinya suatu reaksi kimia adalah terdapat gas atau uap, terjadinya perubahan      warna dan suhu, serta terbentuknya suatu endapan atau presipitasi.

3. Jenis reaksi yang terjadi dan tuliskan persamaan reaksinya secara lengkap dan setarakan koefisien reaksinya!
Jawab:
  • Reaksi Penggabungan:
  Mg (s) + HCl (aq) => MgCl2 (aq) + H2 (g)
Mg (s) + 2 HCl (aq) => MgCl2 (aq) + H2 (g)

  Cu (s) + HCl (aq) => CuCl2 (aq) + H2 (g)
Cu (s) + 2 HCl (aq) => CuCl2 (aq) + H2 (g)

  Cu (s) + HNO (aq) => 3 Cu(NO3)2 + NO (g) + H2O (l)
3 Cu (s) + 8 HNO (aq) => 3
 Cu(NO3)2 + 2 NO (g) + 4 H2O (l)
 
CaCO3 (s) + HCl (l) => CaCl (aq) + H2O (l) + CO2 (g)
CaCO3 (s) + 2 HCl (l) => CaCl (aq) + H2O (l) + CO2 (g)

 H2 SO4 (aq) + NaOH (aq) => Na2SO4 (aq) + H2O (l)
H2 SO4 (aq) + 2 NaOH (aq) => Na2SO4 (aq) + 2 H2O (l)

Na2CO3(aq) + H2S04(aq) => Na2SO4(aq) + CO2 + H2O(g)
10Na2CO3(aq) + 10H2S04(aq) => 10Na2SO4(aq) + 15CO2 + H2O(g)

 NaOH(aq) + FeCl3(aq) => Fe(OH)3(S) + NaCl(aq)
3NaOH(aq) + FeCl3(aq) => Fe(OH)3(S) + 3NaCl(aq)
  • Reaksi Pembakaran
  C2H5OH(aq) + O2(g) => 2CO2(g) + H2O(l)
C2H5OH(aq) + O2(g) => 2CO2(g) + 3H2O(l)
  • Reaksi Penetralan
HCl(aq) + NaOH(aq) => NaCl(aq) + H2O(l)
HCl(aq) + NaOH(aq) => NaCl(aq) + H2O(l)
  • Reaksi Pengendapan
  Al (s) + HCl (aq) => AlCl3 (aq) + H2 (g)
2 Al (s) + 6 HCl (aq) => 2 AlCl3 (aq) + 3 H2 (g)
 
AgNO3 (aq) + HCl (aq) => HNO3 (aq) + AgCl (s)
3 AgNO3 (aq) + 3 HCl (aq) => 3 HNO3 (aq) + AgCl (s)
  
CuSO4(aq) + NaOH(aq) => Cu(OH)2 (S) + Na2SO4(aq)
CuSO4(aq) + 2NaOH(aq) => Cu(OH)2 (S) + Na2SO4(aq)

FeCl3(aq) + NaOH(aq) => Fe(OH)3(S) + NaCl(aq)
FeCl3(aq) + 3NaOH(aq) => Fe(OH)3(S) + 3NaCl(aq)

 NaCl(aq) + AgNO3(aq) => AgCl(s) + NaNO3(aq)
NaCl(aq) + AgNO3(aq) => AgCl(s) + NaNO3(aq)

  CuSo4(aq) + NH3 => Cu(NH3)4(aq) + SO4(aq)
CuSo4(aq) + 4NH3 => Cu(NH3)4(aq) + SO4(aq)

  • Foto






MSDS (Material Safety Data Sheet)

1. Asam klorida (HCl) 
Keadaan Fisik : Cair 
Penampilan : jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat 
Bau : kuat, menyengat 
pH : 0,01 
Tekanan Uap : 84 mm Hg @ 20 derajat C 
Densitas Uap : 1,27 (udara=1) 
Laju Penguapan : > 1,00 (N-butil asetat) 
Titik didih : 83 derajat C @ 760 mmHg 
Titik Beku/ Leleh : -66 derajat C
Kelarutan: Larut. 
Berat Jenis : 1,19 (38%) 
Rumus Molekul : HCl.H2O 
Berat Molekul : 36,46 
Bahaya 
• Mata: Dapat menyebabkan cedera mata ireversibel. Uap atau kabut dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar yang parah. Kontak dengan cairan bersifat korosif pada mata dan menyebabkan luka bakar yang parah. 
• Kulit: Kontak dengan cairan bersifat korosif dan menyebabkan luka bakar dan ulserasi yang parah. Tingkat keparahan cedera tergantung pada konsentrasi larutan dan durasi paparan. 
• Proses menelan: Menyebabkan luka bakar saluran pencernaan yang parah dengan sakit perut, muntah, dan kemungkinan kematian. Dapat menyebabkan korosi dan kerusakan jaringan permanen pada kerongkongan dan saluran pencernaan. 
• Terhirup: Dapat berakibat fatal jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dengan sakit tenggorokan, batuk, sesak napas dan edema paru yang tertunda. Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran pernapasan. Menyebabkan tindakan korosif pada selaput lendir. 
• Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Paparan berulang dapat menyebabkan erosi gigi. Paparan berulang terhadap uap atau kabut HCl konsentrasi rendah dapat menyebabkan pendarahan pada hidung dan gusi. Bronkitis kronis dan gastritis juga telah dilaporkan. 
Penanganan
 • Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan air selama minimal 15 menit
Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. 
• Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. 
• Terhirup: bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan bantuan medis. 
• Pindahkan korban ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. 

2. Perak Nitrat (AgNO3) 
Keadaan Fisik : Padat 
Penampilan : putih 
Bau : tidak berbau 
pH~ 6 
Tekanan Uap : Tidak tersedia. 
Kepadatan Uap : Tidak tersedia. 
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia. 
Viskositas : Tidak tersedia. 
Titik didih : 433 derajat C 
Titik Pembekuan/Leleh: 212 derajat C 
Suhu Dekomposisi : 440 derajat C 
Kelarutan : Larut. 
Gravitasi / Kepadatan Spesifik: 4,35 
Rumus Molekul : AgNO3 
Berat Molekul : 169,87 
BAHAYA 
• Mata: Menyebabkan luka bakar pada mata. 
• Kulit: Menyebabkan kulit terbakar. Mungkin berbahaya jika diserap melalui kulit. 
• Tertelan: Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. Mungkin berbahaya jika tertelan. Menelan garam perak terlarut dapat menyebabkan argyria, ditandai dengan pigmentasi biru-abu-abu permanen pada kulit, selaput lendir, dan mata. Dosis mematikan bagi manusia adalah 2 gram atau sekitar 28,6 mg/kg. 
• Penghirupan: Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma. 
• Kronis: Dapat menyebabkan methemoglobinemia. Menghirup atau menelan garam perak secara kronis dapat menyebabkan argyria
PENANGANAN 
• Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis. 
• Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. 
• Tertelan: Dapatkan bantuan medis segera. JANGAN menginduksi muntah. Jika sadar dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu atau air. 
• Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. Jangan gunakan resusitasi mulut ke mulut jika korban menelan atau menghirup zat tersebut; menginduksi pernapasan buatan dengan bantuan masker saku yang dilengkapi dengan katup satu arah atau perangkat medis pernapasan lain yang sesuai. 
• Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejala dan suportif. 

3. Asam Nitrat (HNO3) 
Keadaan Fisik : Cair 
Penampilan : bening hingga kuning 
Bau : bau menyengat - bau tajam - bau menyesakkan 
pH: 1,0 (0,1M soln) 
Tekanan Uap : 51 mm Hg @ 25 derajat C 
Densitas Uap : 2,17 (udara=1) 
Viskositas : 0,761 cps @ 25 deg C 
Titik didih : 86 deg C Titik 
beku/lebur : -42 deg C 
Kelarutan : Larut dalam air. 
Berat Jenis : 1,4 
Rumus Molekul : HNO3 
Berat Molekul : 63,01 
Bahaya 
• Mata: Menyebabkan luka bakar mata yang parah. Kontak langsung dengan cairan dapat menyebabkan kebutaan atau kerusakan mata permanen. 
• Kulit: Menyebabkan kulit terbakar. Dapat menyebabkan borok kulit yang dalam dan tembus. Asam nitrat pekat mewarnai kulit manusia dengan warna kuning saat kontak. 
• Proses menelan: Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan perforasi saluran pencernaan. Dapat menyebabkan efek sistemik.                                                                       
• Penghirupan: Efek mungkin tertunda. Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran pernapasan. Inhalasi bisa berakibat fatal sebagai akibat dari kejang, peradangan, edema laring dan bronkus, pneumonitis kimia dan edema paru. Aspirasi dapat menyebabkan edema paru. Dapat menyebabkan efek sistemik. Dapat menyebabkan edema paru akut, asfiksia, pneumonitis kimia, dan obstruksi jalan napas bagian atas yang disebabkan oleh edema. Tergantung pada kondisinya, uap atau asap asam nitrat sebenarnya dapat berupa campuran asam nitrat dan berbagai oksida nitrogen. Komposisi dapat bervariasi dengan suhu, kelembaban, dan kontak dengan bahan organik lainnya. 
• Kronis: Paparan uap asam nitrat konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pneuomonitis dan edema paru yang dapat berakibat fatal. Gejala mungkin atau mungkin tidak tertunda. Paparan terus menerus terhadap uap & kabut asam nitrat dapat menyebabkan bronkitis kronis, & paparan yang lebih parah menyebabkan pneumonitis kimia. Uap & kabut asam nitrat dapat mengikis gigi, terutama mempengaruhi gigi taring & gigi seri. 
Penanganan 
• Mata: Dapatkan bantuan medis segera. JANGAN biarkan korban menggosok mata atau menutup mata. Diperlukan irigasi ekstensif dengan air (setidaknya 30 menit). 
• Kulit: Dapatkan bantuan medis segera. Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Hancurkan sepatu yang terkontaminasi. 
• Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. Dapatkan bantuan medis segera. 
• Inhalasi:Dapatkan bantuan medis segera. Hapus dari paparan dan pindahkan ke udara segar segera. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. JANGAN gunakan resusitasi mulut ke mulut. Jika pernapasan telah berhenti, lakukan pernapasan buatan menggunakan oksigen dan alat mekanis yang sesuai seperti tas dan masker. 

4. Natrium Karbonat (Na2CO3) 
Keadaan Fisik : Bubuk 
Penampilan : putih 
Bau : tidak berbau
pH : Tidak tersedia. 
Tekanan Uap : Tidak tersedia. 
Kepadatan Uap : Tidak tersedia. 
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia. 
Viskositas : Tidak tersedia. 
Titik didih : 1600 derajat C pada 760 mmHg 
Titik Leleh : 851 derajat C 
Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.                                
Kelarutan : 22 g/100mL (20 °C) 
Gravitasi / Kepadatan Spesifik : 2.53 
Berat Molekul : 105,99 
Bahaya 
• Mata: Menyebabkan iritasi mata. Lachrymator (zat yang meningkatkan aliran air mata). 
• Kulit: Menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika diserap melalui kulit. 
• Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Mungkin berbahaya jika tertelan. 
• Terhirup: Berbahaya jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. 
• Kronis: Efek reproduksi yang merugikan telah dilaporkan pada hewan. 
Penanganan 
• Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis. 
• Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. 
• Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Dapatkan bantuan medis. 
• Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. 

5. Natrium Hidroksida (NaOH)
Keadaan Fisik : Padat 
Penampilan : putih 
Bau : Tidak berbau 
pH : 14 (5% aq soln) 
Tekanan Uap : 1 mm Hg pada739 derajat C Kepadatan 
Uap : Tidak tersedia. 
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia. 
Viskositas : Tidak tersedia. 
Titik didih : 1390 derajat C pada 760 mmHg 
Titik Pembekuan/Leleh : 318 derajat C 
Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia. 
Kelarutan : Larut. 
Gravitasi/Kepadatan Spesifik : 2,13 g/cm3                  
Bahaya 
Menyebabkan luka bakar pada mata dan kulit. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan 
dan pernafasan. Higroskopis (menyerap kelembaban dari udara). 
• Mata : Menyebabkan luka bakar pada mata. Dapat menyebabkan kebutaan. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimia dan kerusakan kornea. 
• Kulit : Menyebabkan kulit terbakar. Dapat menyebabkan borok kulit yang dalam dan tembus. 
• Tertelan : Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan perforasi saluran pencernaan. Menyebabkan sakit parah, mual, muntah, diare, dan syok. 
• Inhalasi : Iritasi dapat menyebabkan pneumonitis kimia dan edema paru. Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma. Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran pernapasan. 
• Kronis : Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Efek mungkin tertunda 
Pertolongan 
• Mata : Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera. 
• Kulit : Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. 
• Tertelan : Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. 
• Terhirup : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. 

6. Natrium Klorida (NaCl) 
Rumus Molekul : NaCl 
Berat Molekul : 58,44 
Keadaan Fisik : Padat 
Penampilan : putih
Bau : tidak berbau 
pH : 5,0 - 8,0 (5% aq.sol. 20 °C) 
Titik didih : 1461°C @ 760 mmHg 
Titik beku/lebur :801°C 
Tekanan Uap : 1 mm Hg @ 865°C Kepadatan 
Uap : Tidak tersedia.  
Tingkat Penguapan: Tidak tersedia. 
Viskositas : Tidak tersedia. 
Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia. 
Kelarutan : 360 g/L (20 °C) 
Gravitasi : 2.165 
Bahaya 
• Mata: Dapat menyebabkan iritasi mata. Paparan padatan dapat menyebabkan rasa sakit dan kemerahan. 
• Kulit: Dapat menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika diserap melalui kulit. 
• Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Mungkin berbahaya jika tertelan. Tertelan dalam jumlah besar dapat menyebabkan mual dan muntah, kekakuan atau kejang-kejang. Paparan terus menerus dapat menghasilkan koma, dehidrasi, dan organ dalam 
• Terhirup: Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Mungkin berbahaya jika terhirup. 
• Kronis: Tidak ada informasi yang ditemukan 
Penanganan

7. Natrium Nitrat (NaNO3) 
Rumus Molekul :NaNO3 
Berat Molekul : 84,99 
Keadaan Fisik : Kristal 
Penampilan : putih 
Bau : Tidak berbau 
Titik didih : 380°C Titik 
Pembekuan : 306°C pH : 
5,5-8,0 (larutan 5% aq.) 
Tekanan Uap : Tidak tersedia. 
Kepadatan Uap : Tidak tersedia. 
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia. 
Viskositas : Tidak tersedia. Suhu 
Dekomposisi : 380°C
Kelarutan: Larut. 
Bahaya 
• Mata: Menyebabkan iritasi mata. 
• Kulit: Menyebabkan iritasi kulit
• Tertelan: Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan iritasi pada salura pencernaan. Dapat menyebabkan methemoglobinemia, sianosis (perubahan warna kulit menjadi kebiruan karena kekurangan oksigenasi darah), kejang, dan kematian. Methemoglobinemia ditandai dengan pusing, mengantuk, sakit kepala, sesak napas, sianosis (perubahan warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigenasi darah), detak jantung yang cepat dan darah berwarna coklat-coklat. 
• Terhirup: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Dapat menyebabkan methemoglobinemia, sianosis (perubahan warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigenasi darah), kejang, takikardia, dispnea (kesulitan bernapas), dan kematian. 
Penanganan
• Mata : Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera. 
• Kulit : Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. 
• Tertelan : Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. 
• Terhirup : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. 

8. Tembaga (II) Sulfat (CuSO4) 
Nama Produk : Tembaga(II) Sulfat Pentahidrat 
Berat Molekul : 249.6 g/mol 
Bentuk : padat 
Warna : biru 
Bau : Tak berbau 
Ambang Bau : Tidak berlaku 
pH : 3,5 - 4,5 pada 50 g/l 20 °C 
Titik lebur : 147 °C 
Densitas : 2,284 g/cm3 pada 20 °C 
Kerapatan (den-sitas) relatif : Tidak tersedia informasi. 
Kelarutan : dalam air 317 g/l pada 20 °CCuSO
Bahaya
Berbahaya jika tertelan. Menyebabkan kerusakan mata yang serius. Sangat toksik pada kehidupan 
perairan dengan efek jangka panjang. 
Penanganan
Saran umum 
Pemberi pertolongan pertama harus melindungi dirinya.   
Setelah terhirup : hirup udara segar.Jika napas terhenti: berikan napas buatan mulut ke mulut atau secara mekanik. Berikan masker oksigen jika mungkin. Segera hubungi dokter. • Bila terjadi kontak kulit : bilaslah dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata. • Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak. Setelah tertelan: segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.   

9. Besi (III) Klorida (FeCl3) 
 Bentuk : Serbuk 
 Warna : Hijau sampai hitam 
Bau : Pedih 
 pH : 1 pada 200 g/l 20 °C 
 Titik lebur : 306 °C (penguraian) 
Bahaya 
Dapat menyebabkan korosif pada logam, menyebabkan iritasi pada kulit, dan dapat menyebabkan iritasi pada mata yang serius. 
Penanganan 
• Setelah menghirup: hirup udara segar. 
• Bila terjadi kontak kulit: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Periksakan ke dokter. 
• Setelah kontak pada mata : bilaslah dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak. 
• Setelah tertelan: segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.

10.Asam Sulfat (H2SO4) 
Rumus kimia : H2SO4 
Berat Molekul : 98,07 
Keadaan Fisik : Cair 
Penampilan : berminyak - bening tidak berwarna hingga kuning 
Bau : tidak berbau pH : 0,3 (larutan 1N) 
Tekanan Uap : < 0,001 mm Hg @ 20 derajat C 
Kepadatan Uap : 3,38 (udara = 1) Tingkat 
Penguapan : Lebih lambat dari eter. 
Viskositas : 21 mPas @ 25 C 
Titik didih : 290 - 338 derajat C 
Titik Pembekuan/Leleh:10 derajat C 
Suhu Dekomposisi : 340 derajat C 
Kelarutan : Larut dengan banyak panas 
Bahaya 
• Mata: Menyebabkan luka bakar mata yang parah. Dapat menyebabkan cedera mata ireversibel. Dapat menyebabkan kebutaan. 
• Kulit: Menyebabkan kulit terbakar. Tingkat keparahan cedera tergantung pada konsentrasi larutan dan durasi paparan. 
• Tertelan: Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. 
• Terhirup: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan dengan rasa sakit terbakar di hidung dan tenggorokan, batuk, mengi, sesak napas dan edema paru. Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran pernapasan. 
• Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Inhalasi yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan mimisan, hidung tersumbat, nyeri dada dan bronkitis. Kontak mata yang lama atau berulang dapat menyebabkan konjungtivitis. Efek mungkin tertunda. Pekerja yang terpapar kabut asam sulfat secara kronis dapat menunjukkan berbagai lesi pada kulit, trakeobronkitis, stomatitis, konjungtivitis, atau gastritis. Paparan di tempat kerja terhadap kabut asam anorganik kuat yang mengandung asam sulfat bersifat karsinogenik bagi manusia. 
Penanganan 
• Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera. 
• Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. 
• Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. 
• Terhirup: bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan bantuan medis. Pindahkan korban ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.     

11. Kalsium Karbonat (CaCO3) 
Keadaan Fisik : Padat 
Penampilan : putih 
Bau : tidak berbau 
pH : 8-9 (larutan) 
Titik Pembekuan /Leleh: 825 derajat C 
Suhu Dekomposisi : 825 derajat C
Kelarutan : Sedikit larut dalam air. 
Kepadatan : 2.7-2.9 
Rumus Molekul : CaCO3
Berat Molekul : 100.09 
Bahaya
• Mata : Menyebabkan iritasi mata.
• Kulit: Dapat menyebabkan iritasi kulit.
• Tertelan: Tertelan dalam jumlah besar dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal. Diharapkan menjadi bahaya konsumsi yang rendah.
• Penghirupan: Bahaya rendah untuk penanganan industri biasa. Inhalasi yang berlebihan dapat menyebabkan iritasi pernapasan ringan.
Penanganan
• Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
• Kulit: Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut.
• Tertelan: Dapatkan bantuan medis. JANGAN menginduksi muntah. Jika sadar dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu atau air.
• Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis jika batuk atau gejala lain muncul.   

12. Aluminium (Al)
Bentuk : serbuk
Warna : metalik 
Titik lebur/titik beku : 660,37 °C
Titik didih awal/rentang didih : 2.460 °C
Kerapatan : (densitas) relatif
Bahaya
Toksisitas akut, Korosi/iritasi kulit, dan Kerusakan mata serius/iritasi mata
Penanganan
• Jika terhirup : hirup udara segar.
• Jika kontak dengan kulit :Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.
• Jika kontak dengan mata : bilaslah dengan air yang banyak. Lepaskan lensa kontak.
• Jika tertelan : beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas). Konsultasi kepada dokter jika merasa tidak sehat.                                                                

13. Magnesium (Mg)
Keadaan Fisik : Padat
Penampilan : putih perak
Bau : tidak ada yang dilaporkan
pH : >7 (larutan air)
Tekanan Uap : Diabaikan.
Kepadatan Uap : Diabaikan.
Tingkat Penguapan : Diabaikan.
Viskositas : Tidak tersedia.
Titik didih : 1107,2 derajat C
Titik Pembekuan : 650 derajat C
Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.
Kelarutan : Tidak larut dalam air.
Gravitasi : 1.7
Rumus Molekul : Mg
Berat Molekul : 24,3
Bahaya
Padatan yang mudah terbakar. Air-reaktif. Kontak dengan air melepaskan gas yang sangat mudah terbakar. Dapat menyebabkan iritasi mata dan kulit. Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Menghirup asap dapat menyebabkan demam asap logam. Sensitif terhadap udara.
Penanganan
• Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
• Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.
• Tertelan: Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau air. Dapatkan bantuan medis segera.
• Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.
• Catatan untuk Dokter: Penggunaan kalsium glukonat sebagai pengobatan penangkal magnesium over dosis harus ditentukan hanya oleh tenaga medis yang berkualifikasi.       

14. Kawat Tembaga (Cu)                
Keadaan Fisik : Bubuk 
Penampilan : merah sampai coklat 
Bau : tidak ada yang dilaporkan 
pH : Tidak tersedia. 
Tekanan Uap : 1 mm Hg @1628C 
Kepadatan Uap : Tidak tersedia. 
Tingkat Penguapan : Tidak berlaku. 
Viskositas : Tidak berlaku 
Titik didih : 2595 deg C 
Titik Beku/Leleh : 1083 deg C 
Suhu Penguraian : Tidak tersedia. 
Kelarutan : Tidak larut dalam air. 
Berat Jenis : 8,92 
Rumus Molekul : Cu 
Berat Molekul : 63,54 
Bahaya 
• Mata: Menyebabkan iritasi mata. 
• Kulit: Menyebabkan iritasi kulit. Dapat menyebabkan perubahan warna kulit. 
• Tertelan: Menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah dan diare. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. 
• Inhalasi: Debu mengiritasi saluran pernapasan. Menghirup asap dapat menyebabkan demam asap logam, yang ditandai dengan gejala seperti flu dengan rasa logam, demam, menggigil, batuk, lemas, nyeri dada, nyeri otot, dan peningkatan jumlah sel darah putih. 
• Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Dapat menyebabkan kerusakan paru-paru. 
Penanganan 
• Mata: Bilas mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis. 
• Kulit: Bilas kulit dengan banyak air setidaknya selama 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut. 
• Tertelan: Dapatkan bantuan medis. JANGAN menginduksi muntah. Jika sadar dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu atau air. 
• Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. 
• Catatan untuk Dokter: Individu dengan penyakit Wilson lebih rentan terhadap keracunan tembaga kronis.   

  

                

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1 KELOMOK 3 - TITRASI DAN KESETIMBANGAN ASAM BASA : INDIKATOR DAN PENGUKURAN pH

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I - PENGENALAN ALAT LABORATORIUM