Laporan Praktikum Kimia Dasar 1 Percobaan 4 Reaksi Kimia
REAKSI KIMIA
Tanggal Praktikum : Senin, 3 Oktober 2022
Kelompok : 4
Nama Anggota : 1.Muhammad Naufal Rahman (11220960000071)
2.Indi Aleyda Mustika (11220960000073)
3.Izzatun Nisa (11220960000087)
Kelas : Kimia 1C1
Dosen
Pengampu : Ahmad Fathoni, M.Si.
PROGRAM
STUDI KIMIA
FAKULTAS
SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2022
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Prinsip
Percobaan
Prinsip percobaan pada praktikum ini adalah analisa kualitatif. Dalam percobaan ini reaksi kimia berdasarkan ciri dan tanda telah terjadi suatu reaksi yaitu ada reaksi-reaksi yang menghasilkan gas, endapan, perubahan suhu, serta perubahan warna.
1.2. Tujuan Percobaan
1. 1. Mengetahui, mengenal, serta dapat memahami
ciri-ciri dalam mengidentifikasi suatu reaksi kimia.
2. 2. Mampu mengklasifikasi jenis-jenis reaksi kimia
berdasarkan produk yang dihasilkan.
3. 3. Dapat menjabarkan persamaan reaksi kimia dari
suatu reaksi kimia yang berlangsung.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Ilmu kimia
merupakan ilmu yang mempelajari bangun (struktur) materi dan perubahan-perubahan
yang dialami materi dalam proses-proses alamiah maupun dalam eksperimen yang
direncanakan. Struktur dan perubahan yang dialami merupakan bidang kimia yang menyajikan
(Nurhasni dan Yusraini DIS, 2022).
Sifat dan
perubahan yang terjadi diantara zat-zat ini merupakan daerah kimia deskriptif.
Semua sifat atau unsur intrinsik (karakter apa saja dari zat itu) atau
ekstrinsik (tidak khas dari zat tertentu apa saja) sifat kimia (intrinsik)
dihayatkan dalam perubahan kimia (reaksi kimia) dalam mana zat-zat diubah
menjadi zat lain (Nurhasni dan Yusraini DIS, 2022).
Kriteria
yang pasti untuk mengenali suatu perubahan kimia didasarkan pada pemahaman
mendalam dan informasi yang diperoleh dalam perkembangan ilmu kimia deskriptif.
Tiga macam perubahan yang selalu menyertai reaksi kimia. Ketika reaksi
berlangsung pereaksi berubah menjadi hasil reaksi yang mempunyai: sifat, susunan
energi dalam yang berlainan (Nurhasni dan Yusraini DIS, 2022).
Reaksi kimia
adalah gabungan dari beberapa zat yang apabila disatukan dan disamakan
koefisiennya akan membentuk reaksi kimia. Reaksi kimia dapat dikatakan
berlangsung artinya terjadi suatu reaksi jika ion-ion yang dicampurkan
mengalami suatu perubahan. Perubahan yang terjadi ada yang dapat diamati secara
visual, seperti pengendapan, perubahan warna dan timbulnya gas, ada juga yang
tidak dapat diamati secara visual, tetapi terjadi perubahan sifat kimia,
seperti dalam reaksi asam basa (Goldberg, 2007).
Reaksi kimia
dinyatakan dengan persamaan reaksi kimia. Pada persamaan reaksi, rumus untuk
reaktan ditulis disebelah kiri dan rumus
produk ditulis disebelah kanan. Kesetimbangan rumus kimia untuk memperoleh
persamaan reaksi kimia dengan mengatur koefisien reaksi dengan bertujuan
menetapkan jumlah dari setiap jenis atom tidak berubah, karena atom tidak
dibuat atau dimusnahkan dalam reaksi kimia (Petrucci, 1989).
Beberapa jenis reaksi kimia umumnya dapat terjadi berdasarkan apa yang terjadi saat reaktan berubah menjadi produk. Reaksi-reaksi yang lebih umum dapat terjadi adalah penggabungan, penguraian, pergantian tunggal, pergantian rangkap, pembakaran, dan redoks (Moore,2004).
Beberapa
pereaksi dan hasil reaksi dapat berada dalam bentuk larutan (solution) sesungguhnya
ditentukan oleh komponen-komponennya, yaitu pelarut (Solvent): merupakan
substansi yang melarutkan zat. Komponen ini menentukan wujud larutan sebagai
gas, padatan, endapan, atau sebagai cairan. Zat terlarut (solute): merupakan
substansi yang terlarut dalam Solvent (Barsasella, 2013)
Kriteria
yang pasti untuk mengenali suatu perubahan kimia didasarkan pada pemahaman
mendalam dan informasi yang diperoleh dalam perkembangan ilmu kimia deskriptif.
Tiga macam perubahan selalu menyertai reaksi kimia . Ketika reaksi berlangsung
pereaksi berubah menjadi hasil reaksi yang mempunyai: sifat, susunan dan energi
dalam yang berlainan (Nurhasni dan Yusraini DIS, 2022)
Ciri-ciri yang menyertai suatu reaksi kimia
diantaranya:
1. 1. Reaksi yang disertai terbentuknya gas
Keberadaan
gas dapat dinyatakan dalam beberapa cara. Terbentuknya gas ditunjukkan adanya
aroma tertentu, gelembung-gelembung dalam larutan yang direaksikan, beberapa
gas tidak berwarna, akan tetapi beberapa gas berwarna. Gas saling menyebar dan
berdisfusi satu sama lain serta bercampur semuanya, jadi campuran gas adalah
larutan homogen (Petrucci, 1989)
2. 2. Reaksi yang disertai terbentuknya warna
Perubahan
warna terjadi karena komposisi suatu zat berubah.
3. 3. Reaksi yang disertai perubahan suhu
Pada
reaksi kimia terjadi perubahan suhu disebabkan perpindahan energi antara sistem
dan lingkungan. Ada 2 perubahan yaitu eksotermis dan endotermis.
4. 4. Reaksi yang disertai dengan terjadinya endapan
Endapan adalah padatan tak larut yang terpisah dari larutan. Reaksi larutan biasanya melibatkan senyawa ionik (Chang, 2004).
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1. Alat
Tabung reaksi 12 buah, rak tabung reaksi, korek api, cawan porselen, 10 buah (pipet tetes dan gelas ukur 10mL).
3.2. Bahan
Magnesium serbuk, Alumunium serbuk, larutan Asam sulfat, Kalsium karbonat serbuk, larutan Asam sulfat, larutan Besi (III) klorida, larutan Natrium hidroksida, larutan Etanol, larutan Perak nitrat, Tembaga serbuk, larutan Asam nitrat pekat, larutan Tembaga sulfat, larutan Natrium karbonat dan larutan Amonia
3.3. Metode Percobaan
Percobaan pertama adalah mereaksikan 0,1 gram magnesium (Mg (s))
dengan 2 ml asam klorida (HCl (l)).
Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia karena ditandai dengan adanya gelembung
gas yang menunjukan adanya gas yang terbentuk dan perubahan warna magnesium
dari abu-abu tua menjadi perak. Reaksi ini termasuk ke dalam eksoterm karena
menghasilkan panas disekitar tabung. Dalam reaksi menunjukan adanya reaksi
perpindahan tunggal (subtitusi) dibuktikan dengan adanya logam magnesium
bereaksi sepenuhnya menghasilkan MgCl2, hal ini karena logam
magnesium menggantikan hydrogen terjadi demikian disebabkan logam magnesium
cukup reaktif untuk mendorong hydrogen keluar. Hasil reaksi yang terjadi:
Percobaan kedua adalah mereaksikan 0,1 gram aluminium (Al (s))
dengan 2 ml asam klorida (HCl (l)). Dalam pengamatan terjadi reaksi
kimia karena ditandai dengan adanya endapan berwarna abu-abu disertai gelembung
gas. Reaksi yang ditunjukkan dalam percobaan menghasilkan perubahan suhu yaitu
eksoterm karena adanya panas disekitar tabung dan dilakukan dalam lemari asam.
Pada reaksi ini aluminium bersifat amfoter karena dapat bereksi dengan asam dan
basa. Al mendorong hydrogen keluar sehingga akan membentuk AlCl3 dan
hydrogen berdiri sendiri. Al lebih reaktif daripada hydrogen sehingga dapat
mendorong. Reaksi Al dan HCl menghasilkan reaksi perpindahan tunggal
(subtitusi). Hasil reaksi yang terjadi:
Percobaan ketiga adalah mereaksikan 0,1 gram tembaga (Cu (s))
dengan asam klorida (HCl (aq)). Dalam pengamatan tidak terjadi
reaksi kimia karena tidak mengalami perubahan signifikan. Hal ini dikarenakan
terkendalanya suatu logam mendesak logam lain karena logam pendesak memiliki E◦ reduksi lebih tinggi (berada di sebelah kanan daripada logam yang
ingin didesaknya). Hasil reaksi yang terjadi:
Percobaan keempat adalah mereaksikan 0,1 gram tembaga (Cu (s))
dengan 2 ml asam nitrat (HNO3 (aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi
kimia karena menghasilkan warna hijau dan berbau seperti logam. Hal ini
menunjukan adanya reaksi reduksi-oksidasi pada larutan. Cu bertindak sebagai
zat yang kehilangan electron dalam suatu zat. Dan N bertindak sebagai zat yang
memperoleh electron. Cu menunjukan dirinya sebagai reduktor dan HNO3
sebagai oksidator. Hasil reaksi menunjukan Cu(NO3)2
sebagai hasil oksidasi dan NO2 sebagai hasil reduksi. Hasil reaksi
yang terjadi:
Percobaan kelima adalah mereaksikan 2 ml perak nitrat (AgNO3
(aq)) dengan 2 ml asam klorida (HCl (l)). Dalam pengamatan
terjadi reaksi kimia karena ditandai dengan pembentukan endapan berwarna putih.
Dalam reaksi ion klorida menggantikan ion nitrat dari perak nitrat untuk
membentuk perak klorida. Ion nitrat
menggantikan ion klorida dari hydrogen klorida untuk membentuk asam nitrat dan
reaksi ini disebut reaksi perpindahan ganda karena terjadi dua senyawa baru.
Endapan putih didapat karena adanya senyawa yang terpisah dari larutan.
Sebagian ion Cl- terlarut sedangkan ion Ag+ tidak larut. Hasil
reaksi yang terjadi:
AgNO3 (aq) + HCl (aq) => HNO3 (aq) + AgCl (s)
Percobaan keenam adalah mereaksikan 0,1 gram kalsium karbonat (CaCO3
(s)) dengan 2 ml asam klorida (HCl (aq)). Dalam pengamatan
terjadi reaksi kimia karena menunjukan adanya buih-buih dan gelembung gas
menandakan adanya gas yang terbentuk Larutan ini bereaksi dengan cepat untuk
membentuk karbondioksida, air, dan kalsium klorida. Larutan CaCO3
dan HCl larut serta berakhir dengan larutan kalsium klorida tidak berwarna.
Hasil reaksi yang terjadi:
CaCO3 (s) + 2 HCl (l) => CaCl2(aq) + CO2 (g) + H2O (l)
Percobaan ketujuh adalah mereaksikan 2 ml larutan asam sulfat (H2SO4
(aq)) dengan 2 ml larutan natrium hidroksida (NaOH (aq)).
Percobaan ini terjadi reaksi kimia yaitu terdapat gelembung gas. Gelembung bisa
terbentuk dari pemanasan suatu cairan atau pembentukan gas dalam cairan. Ini
menunjukan dalam reaksi kimia bahwa ada gas yang terbentuk. Hasil reaksi yang
terjadi:
H2SO4(aq) + 2 NaOH (aq) => Na2SO4 (aq) + 2 H2O (l)
Percobaan kedelapan adalah
mereaksikan 2 ml asam klorida (HCl(aq)) dengan 2 ml
natrium hidroksida (NaOH(aq)). Dalam pengamatan terjadi
reaksi kimia karena ditandai adanya perubahan suhu dibuktikan dengan timbulnya
panas di sekitar tabung reaksi menandakan adanya pelepasan kalor dari sistem ke
lingkungan. Reaksi ini menunjukkan adanya reaksi penetralan karena menghasilkan
garam dan air dari asam kuat dan basa kuat. Asam kuat HCl menghasilkan ion H+
dan Cl-. Basa kuat NaOH menghasilkan ion Na+ dan OH-
. Pembentukan garam dapur (NaCl) terjadi karena ion Na+ dari
NaOH bereaksi dengan ion Cl-
dari HCl. Adapun pembentukan air (H2O) terjadi karena ion H+ dari HCl bereaksi dengan ion OH-
dari NaOH. Hasil reaksi yang terjadi:
HCl (aq) + NaOH (aq) => NaCl (aq) + H2O (l)
Percobaan kesembilan adalah mereaksikan 2 ml tembaga
sulfat (CuSO4(aq)) dengan
2 ml natrium hidroksida (NaOH(aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi
kimia karena ditandai dengan adanya endapan berwarna biru. Endapan biru terjadi karena bahan hidroksida
dapat mengendapkan logam berat seperti Cu. Hidroksida disini dapat meningkatkan
pH larutan, sehingga logam berat dapat mengendap. Dalam reaksi menunjukkan
adanya reaksi perpindahan ganda dibuktikan dengan adanya dua senyawa bereaksi
dan bertukar membentuk dua senyawa baru. Hasil reaksi yang terjadi:
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq) => Cu(OH)2 (s) + Na2SO4 (aq)
Percobaan kesepuluh adalah mereaksikan 2 ml besi (III)
klorida (FeCl3(aq)) dan
2 ml natrium hidroksida (NaOH(aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi
kimia ditandai dengan adanya endapan berwarna coklat kemerahan. Endapan yang
terjadi disebabkan oleh FeCl3 karena
tidak dapat larut dengan pereaksi berlebih seperti NaOH. Dalam reaksi ini ion
Na+ menggantikan ion Cl-
dari FeCl3 untuk membentuk NaCl. Ion OH-
menggantikan ion Fe3+ untuk membentuk Fe(OH)3. Maka
reaksi ini disebut reaksi perpindahan berganda karena menghasilkan 2 senyawa
baru. Hasil reaksi yang terjadi:
FeCl3 (aq)
+ 3NaOH (aq) => Fe(OH)3 (s) + 3NaCl (aq)
Percobaan kesebelas adalah mereaksikan 2 ml etanol (C2H5OH(aq)) dengan Oksigen (O(2)).
Perlakuan percobaan dengan melakukan pembakaran. Dalam pengamatan terjadi
reaksi kimia ditandai dengan adanya terbentuknya gas, perubahan suhu berupa
kenaikan suhu yang berarti pelepasan kalor dari sistem ke lingkungan (eksoterm)
serta volume etanol yang terus berkurang. Hasil reaksi yang terjadi:
C2H5OH (aq) + 3O2 (g) => 2CO2 (g) + 3H2O (l)
Percobaan kedua belas adalah
mereaksikan 2 ml natrium karbonat (Na2CO3(aq)) dengan 2
ml asam sulfat (H2SO4(aq)). Dalam pengamatan terjadi
reaksi kimia ditandai dengan adanya buih-buih gas hidrogen di dalam tabung
reaksi. Hasil reaksi yang terjadi
Na2CO3 (aq) + H2S04 (aq) => Na2SO4 (aq) + CO2 (g) + H2O (l)
Percobaan ketiga belas adalah
mereaksikan 2 ml natrium klorida (NaCl(aq)) dengan 2 ml perak nitrat
(AgNO3(aq)). Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia ditandai dengan
adanya endapan putih AgCl dan sedikit buih dari NaNO3. Reaksi kimia
jenis ini terlihat sebagai reaksi perpindahan berganda karena dua senyawa
bereaksi dan bertukar membentuk dua senyawa baru dengan cara kerja perak
memiliki muatan positif dan nitrat selalu negatif. Natrium memiliki muatan
positif dan klorin memiliki muatan negatif. Positif-Negatif akan bertukar
tempat sehingga perak berikatan dengan klor dan natrium berikatan dengan
nitrat. Hasil reaksi yang terjadi:
NaCl (aq) + AgNO3 (aq) => AgCl (s) + NaNO3 (aq)
Percobaan keempat belas adalah mereaksikan 2 ml
tembaga sulfat (CuSO4) dengan 2 ml ammonia (NH3). Dalam
pengamatan terjadi reaksi kimia ditandai dengan adanya endapan ungu Cu(NH3)4.
Terjadi perubahan warna CuSO4 dari biru menjadi ungu. Amonia
menyebabkan korosi pada CuSO4.. Reaksi kimia dari larutan ini menghasilkan
jenis reaksi kimia perpindahan ganda yang ditunjukkan dua buah senyawa
membentuk dua senyawa baru. Hasil reaksi yang terjadi:
CuSO4 (aq) + 4NH3 (aq) => Cu(NH3)4 (aq) + SO4 (aq)
Percobaan kelima belas adalah mereaksikan 2 ml natrium
hidroksida (NaOH(aq)) dengan 2 ml besi (III) klorida (FeCl3(aq)).
Percobaan ini menghasilkan pengamatan yang sama pada reaksi percobaan kesepuluh
walaupun larutan yang dimasukkan terlebih dahulu berbeda. Pada percobaan
kesepuluh terlebih dahulu memasukkan larutan FeCl3 kemudian
menambahkan NaOH, sedangkan pada percobaan kelima belas larutan terlebih dahulu
memasukkan NaOH kemudian menambahkan FeCl3. Dalam pengamatan terjadi reaksi kimia ditandai
dengan adanya endapan berwarna coklat kemerahan. Endapan yang terjadi disebabkan
oleh FeCl3 karena tidak dapat larut
dengan pereaksi berlebih seperti NaOH. Dalam reaksi ini ion Na+ menggantikan ion Cl- dari FeCl3
untuk membentuk NaCl. Ion hidroksi menggantikan ion besi untuk membentuk
Fe(OH)3. Maka reaksi ini disebut reaksi perpindahan berganda karena
menghasilkan 2 senyawa baru. Hasil reaksi yang terjadi:
3NaOH (aq) + FeCl3 (aq) => Fe(OH)3 (S) + 3NaCl (aq)
Reaksi netralisasi adalah reaksi suatu asam basa yang menghasilkan senyawa ion. Hasil perolehan reaksi penetralan berupa garam dan air (Rahayu dan Yusuf, 2011).
Reaksi pengendapan adalah suatu reaksi yang menghasilkan endapan. Endapan terbentuk jika larutan menjaddi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan (Sandya, 1995).
BAB V KESIMPULAN
Kesimpulan pada percobaan ini, yaitu:
- Dapat mengetahui, mengenal, dan memahami ciri-ciri dalam mengidentifikasi suatu reaksi kimia, yaitu terjadinya perubahan warna, terjadinya perubahan suhu, terbentuknya endapan atau presipitasi, dan terbentuknya gas atau uap.
- Dapat mengklasifikasikan jenis-jenis reaksi kimia berdasarkan produk yang dihasilkan. Reaksi kimia yang terdapat dalam percobaan ini yaitu: reaksi penggabungan, reaksi pembakaran, reaksi penetralan, reaksi pembentukan gas, dan reaksi pengendapan. Jenis- jenis reaksi kimia berdasarkan produk yang dihasilkan; Reaksi netralisasi (asam + basa => garam + air), Reaksi pengendapan (Qc>ksp, Qc=ksp, Qc<ksp), Reaksi redoks (hasil biloks), reaksi perpindahan/pergantian tunggal atau subtitusi (A + BC=>B + AC), Reaksi pembakaran (CxHy + O2=>CO2 + H2O, Reaksi pergantian ganda atau metatesis (AB + CD=>AD +CB), dan Reaksi perpaduan atau penggabungan (A + B=>C).
- Pada persamaan reaksi rumus untuk reaktan ditulis di sebelah kiri dan rumus unntuk periodik ditulis di sebelah kanan. Penulisan reaksi kimia dilakukan secara langsung atau dengan tiga tahap, diantaranya menulis nama, mengubah ke dalam rumus, dan mengatur koefisien reaksi.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
- Evaluasi Post Praktikum
1. Data Hasil Pengamatan
- Reaksi Penggabungan:
- Reaksi Pembakaran
- Reaksi Penetralan
- Reaksi Pengendapan
Keadaan Fisik : Cair
Penampilan : jernih, tidak berwarna hingga kuning pucat
Densitas Uap : 1,27 (udara=1)
Laju Penguapan : > 1,00 (N-butil asetat)
Titik didih : 83 derajat C @ 760 mmHg
Titik Beku/ Leleh : -66 derajat C
Berat Jenis : 1,19 (38%)
Rumus Molekul : HCl.H2O
Berat Molekul : 36,46
Bahaya
• Mata: Dapat menyebabkan cedera mata ireversibel. Uap atau kabut dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar yang parah. Kontak dengan cairan bersifat korosif pada mata dan menyebabkan luka bakar yang parah.
• Kulit: Kontak dengan cairan bersifat korosif dan menyebabkan luka bakar dan ulserasi yang parah. Tingkat keparahan cedera tergantung pada konsentrasi larutan dan durasi paparan.
• Proses menelan: Menyebabkan luka bakar saluran pencernaan yang parah dengan sakit perut, muntah, dan kemungkinan kematian. Dapat menyebabkan korosi dan kerusakan jaringan permanen pada kerongkongan dan saluran pencernaan.
• Terhirup: Dapat berakibat fatal jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dengan sakit tenggorokan, batuk, sesak napas dan edema paru yang tertunda. Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran pernapasan. Menyebabkan tindakan korosif pada selaput lendir.
• Kronis: Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Paparan berulang dapat menyebabkan erosi gigi. Paparan berulang terhadap uap atau kabut HCl konsentrasi rendah dapat menyebabkan pendarahan pada hidung dan gusi. Bronkitis kronis dan gastritis juga telah dilaporkan.
Penanganan
• Mata: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan air selama minimal 15 menit
• Kulit: Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
• Tertelan: Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.
• Terhirup: bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan bantuan medis.
• Pindahkan korban ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen.
Keadaan Fisik : Padat
Penampilan : putih
Bau : tidak berbau
pH~ 6
Kepadatan Uap : Tidak tersedia.
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.
Viskositas : Tidak tersedia.
Titik didih : 433 derajat C
Titik Pembekuan/Leleh: 212 derajat C
Suhu Dekomposisi : 440 derajat C
Kelarutan : Larut.
Gravitasi / Kepadatan Spesifik: 4,35
Rumus Molekul : AgNO3
Berat Molekul : 169,87
BAHAYA
• Mata: Menyebabkan luka bakar pada mata.
• Kulit: Menyebabkan kulit terbakar. Mungkin berbahaya jika diserap melalui kulit.
• Tertelan: Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. Mungkin berbahaya jika tertelan. Menelan garam perak terlarut dapat menyebabkan argyria, ditandai dengan pigmentasi biru-abu-abu permanen pada kulit, selaput lendir, dan mata. Dosis mematikan bagi manusia adalah 2 gram atau sekitar 28,6 mg/kg.
• Penghirupan: Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma.
• Kronis: Dapat menyebabkan methemoglobinemia. Menghirup atau menelan garam perak secara kronis dapat menyebabkan argyria
• Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
• Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.
• Tertelan: Dapatkan bantuan medis segera. JANGAN menginduksi muntah. Jika sadar dan waspada, bilas mulut dan minum 2-4 cangkir susu atau air.
• Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. Jangan gunakan resusitasi mulut ke mulut jika korban menelan atau menghirup zat tersebut; menginduksi pernapasan buatan dengan bantuan masker saku yang dilengkapi dengan katup satu arah atau perangkat medis pernapasan lain yang sesuai.
• Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejala dan suportif.
Keadaan Fisik : Cair
Penampilan : bening hingga kuning
Bau : bau menyengat - bau tajam - bau menyesakkan
Tekanan Uap : 51 mm Hg @ 25 derajat C
Densitas Uap : 2,17 (udara=1)
Viskositas : 0,761 cps @ 25 deg C
Titik didih : 86 deg C Titik
beku/lebur : -42 deg C
Kelarutan : Larut dalam air.
Berat Jenis : 1,4
Rumus Molekul : HNO3
Berat Molekul : 63,01
Bahaya
• Mata: Menyebabkan luka bakar mata yang parah. Kontak langsung dengan cairan dapat menyebabkan kebutaan atau kerusakan mata permanen.
• Kulit: Menyebabkan kulit terbakar. Dapat menyebabkan borok kulit yang dalam dan tembus. Asam nitrat pekat mewarnai kulit manusia dengan warna kuning saat kontak.
• Proses menelan: Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan perforasi saluran pencernaan. Dapat menyebabkan efek sistemik.
• Kronis: Paparan uap asam nitrat konsentrasi tinggi dapat menyebabkan pneuomonitis dan edema paru yang dapat berakibat fatal. Gejala mungkin atau mungkin tidak tertunda. Paparan terus menerus terhadap uap & kabut asam nitrat dapat menyebabkan bronkitis kronis, & paparan yang lebih parah menyebabkan pneumonitis kimia. Uap & kabut asam nitrat dapat mengikis gigi, terutama mempengaruhi gigi taring & gigi seri.
Penanganan
• Mata: Dapatkan bantuan medis segera. JANGAN biarkan korban menggosok mata atau menutup mata. Diperlukan irigasi ekstensif dengan air (setidaknya 30 menit).
• Kulit: Dapatkan bantuan medis segera. Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Hancurkan sepatu yang terkontaminasi.
• Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Jika korban sadar dan waspada, berikan 2-4 cangkir susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri. Dapatkan bantuan medis segera.
• Inhalasi:Dapatkan bantuan medis segera. Hapus dari paparan dan pindahkan ke udara segar segera. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. JANGAN gunakan resusitasi mulut ke mulut. Jika pernapasan telah berhenti, lakukan pernapasan buatan menggunakan oksigen dan alat mekanis yang sesuai seperti tas dan masker.
Keadaan Fisik : Bubuk
Penampilan : putih
Bau : tidak berbau
pH : Tidak tersedia.
Tekanan Uap : Tidak tersedia.
Kepadatan Uap : Tidak tersedia.
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.
Viskositas : Tidak tersedia.
Titik didih : 1600 derajat C pada 760 mmHg
Titik Leleh : 851 derajat C
Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.
Gravitasi / Kepadatan Spesifik : 2.53
Berat Molekul : 105,99
Bahaya
• Mata: Menyebabkan iritasi mata. Lachrymator (zat yang meningkatkan aliran air mata).
• Kulit: Menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika diserap melalui kulit.
• Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Mungkin berbahaya jika tertelan.
• Terhirup: Berbahaya jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan.
• Kronis: Efek reproduksi yang merugikan telah dilaporkan pada hewan.
• Mata: Segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit, sesekali angkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.
• Kulit: Dapatkan bantuan medis. Segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi.
• Tertelan: Jangan memaksakan muntah. Dapatkan bantuan medis.
• Penghirupan: Jauhkan dari paparan dan segera pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.
Keadaan Fisik : Padat
Penampilan : putih
Bau : Tidak berbau
pH : 14 (5% aq soln)
Tekanan Uap : 1 mm Hg pada739 derajat C Kepadatan
Uap : Tidak tersedia.
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.
Viskositas : Tidak tersedia.
Titik didih : 1390 derajat C pada 760 mmHg
Titik Pembekuan/Leleh : 318 derajat C
Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.
Kelarutan : Larut.
Gravitasi/Kepadatan Spesifik : 2,13 g/cm3
dan pernafasan. Higroskopis (menyerap kelembaban dari udara).
• Mata : Menyebabkan luka bakar pada mata. Dapat menyebabkan kebutaan. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimia dan kerusakan kornea.
• Kulit : Menyebabkan kulit terbakar. Dapat menyebabkan borok kulit yang dalam dan tembus.
• Tertelan : Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar pada saluran pencernaan. Dapat menyebabkan perforasi saluran pencernaan. Menyebabkan sakit parah, mual, muntah, diare, dan syok.
• Inhalasi : Iritasi dapat menyebabkan pneumonitis kimia dan edema paru. Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma. Menyebabkan luka bakar kimia pada saluran pernapasan.
• Kronis : Kontak kulit yang berkepanjangan atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Efek mungkin tertunda
Pertolongan
• Mata : Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.
• Kulit : Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
• Tertelan : Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.
• Terhirup : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.
Rumus Molekul : NaCl
Berat Molekul : 58,44
Keadaan Fisik : Padat
Penampilan : putih
Bau : tidak berbau
pH : 5,0 - 8,0 (5% aq.sol. 20 °C)
Titik didih : 1461°C @ 760 mmHg
Titik beku/lebur :801°C
Tekanan Uap : 1 mm Hg @ 865°C Kepadatan
Uap : Tidak tersedia.
Tingkat Penguapan: Tidak tersedia.
Viskositas : Tidak tersedia.
Suhu Dekomposisi : Tidak tersedia.
Kelarutan : 360 g/L (20 °C)
Gravitasi : 2.165
Bahaya
• Mata: Dapat menyebabkan iritasi mata. Paparan padatan dapat menyebabkan rasa sakit dan kemerahan.
• Kulit: Dapat menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika diserap melalui kulit.
• Tertelan: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan. Mungkin berbahaya jika tertelan. Tertelan dalam jumlah besar dapat menyebabkan mual dan muntah, kekakuan atau kejang-kejang. Paparan terus menerus dapat menghasilkan koma, dehidrasi, dan organ dalam
• Terhirup: Dapat menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Mungkin berbahaya jika terhirup.
• Kronis: Tidak ada informasi yang ditemukan
Penanganan
•
Berat Molekul : 84,99
Keadaan Fisik : Kristal
Penampilan : putih
Bau : Tidak berbau
Titik didih : 380°C Titik
Pembekuan : 306°C pH :
5,5-8,0 (larutan 5% aq.)
Tekanan Uap : Tidak tersedia.
Kepadatan Uap : Tidak tersedia.
Tingkat Penguapan : Tidak tersedia.
Viskositas : Tidak tersedia. Suhu
Dekomposisi : 380°C
Bahaya
• Mata: Menyebabkan iritasi mata.
• Kulit: Menyebabkan iritasi kulit
• Tertelan: Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan iritasi pada salura pencernaan. Dapat menyebabkan methemoglobinemia, sianosis (perubahan warna kulit menjadi kebiruan karena kekurangan oksigenasi darah), kejang, dan kematian. Methemoglobinemia ditandai dengan pusing, mengantuk, sakit kepala, sesak napas, sianosis (perubahan warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigenasi darah), detak jantung yang cepat dan darah berwarna coklat-coklat.
• Terhirup: Menyebabkan iritasi saluran pernapasan. Dapat menyebabkan methemoglobinemia, sianosis (perubahan warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigenasi darah), kejang, takikardia, dispnea (kesulitan bernapas), dan kematian.
Penanganan
• Mata : Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.
• Kulit : Jika terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.
• Tertelan : Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar penuh, berikan segelas air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadarkan diri.
• Terhirup : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.
Nama Produk : Tembaga(II) Sulfat Pentahidrat
Berat Molekul : 249.6 g/mol
Bentuk : padat
Warna : biru
Bau : Tak berbau
Ambang Bau : Tidak berlaku
pH : 3,5 - 4,5 pada 50 g/l 20 °C
Titik lebur : 147 °C
Densitas : 2,284 g/cm3 pada 20 °C
Kerapatan (den-sitas) relatif : Tidak tersedia informasi.
Kelarutan : dalam air 317 g/l pada 20 °CCuSO
Bahaya
Berbahaya jika tertelan. Menyebabkan kerusakan mata yang serius. Sangat toksik pada kehidupan
perairan dengan efek jangka panjang.
Penanganan
Komentar
Posting Komentar